Psikolog anak dan keluarga Sani Budiantini Hermawan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengatakan tren busana di kalangan anak muda, terutama mahasiswa sering kali dipengaruhi oleh viralitas di media sosial dan perilaku imitasi.
"Memang sekarang ini kan anak muda banyak lihat yang viral di media sosial dan kadang-kadang ada pelaku imitating behavior, yaitu perilaku imitasi atau meniru gaya busana demi mendapat pengakuan bahwa dia mengikuti tren atau gaya saat ini, agar dianggap menjadi anak modern," kata Sani saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Namun, menurutnya perlu dipertimbangkan apakah busana tersebut pantas dipakai di lingkungan sekitar, terlebih belum lama ini viral soal mengenakan lingerie ke lingkungan kampus.
"Lingerie itu kan sebenarnya pakaian malam tapi ketika itu dipakai di kampus, mungkin lebih dilihat bukan lingerie-nya, tapi dari sisi kesopanan, etika berbusananya dan sebagainya, karena tidak semua kampus juga punya aturan yang jelas." ungkapnya.
Oleh karena itu, Sani menambahkan kampus perlu segera menerapkan aturan beserta konsekuensi yang tegas terkait ketentuan busana yang diperbolehkan dan tidak di lingkungan akademik, agar mahasiswa tidak gegabah memakai hal yang mungkin melanggar etika kesopanan ke sekolah.
Di sisi lain, modernisasi kerap menjadi alasan bagi mahasiswa untuk mengabaikan etika dalam berpakaian. Biasanya, mereka lebih fokus pada pengakuan sosial dan ingin dianggap up-to-date atau mengikuti tren dengan gaya busana terkini.
Meski begitu, aturan dan etika tetap harus menjadi pedoman utama dalam berbusana di kampus agar tercipta lingkungan yang kondusif dan tetap menjunjung tinggi nilai kesopanan yang ada.
Sebelumnya, media sosial X sempat dihebohkan dengan trending topic lingerie yang dimulai dari cuitan seorang perempuan dengan memamerkan outfit lingerienya, sambil menjelaskan bahwa hidup hanya sekali dan seakan mengajak untuk memakai lingerie saat ke kampus. Tak ayal, cuitan itu memicu kontroversi hingga menjadi trending dan viral di jejaring sosial.