Selama bertahun-tahun, menurut para pembantunya, dia telah sering mengunjungi tempat-tempat suci, termasuk gunung, gua, makam, dan reruntuhan, dan dia telah melakukan ritual mandi di laut dan di sungai di tempat-tempat yang diyakini memiliki kekuatan khusus. Dia dikatakan telah mengumpulkan ratusan artefak suci untuk menyerap kekuatan magis mereka.
Selain itu, adalah batu merah yang disebut mirah delima, yang menurut paranormal dapat melindungi pemiliknya dari pedang dan peluru dan menjaga dari penyakit.
Kematian Pak Daryatmo pada Januari 1998 kemudian dianggap oleh beberapa orang sebagai peringatan jatuhnya Suharto dari kekuasaan empat bulan kemudian.
Pertanda kejatuhannya dikatakan termasuk pecahnya palu di Parlemen dan hilangnya sanggul, atau sopak, dari istrinya, Siti Hartinah, yang meninggal pada tahun 1996.
Banyak orang Indonesia berpendapat bahwa kematian Ibu Tien adalah awal dari berakhirnya kekuasaan Suharto. Sebab dalam tradisi Jawa, kekuasaan memiliki esensinya sendiri, yang dikenal sebagai wahyu, dan itudianugerahkan seperti jubah kepada orang-orang pilihan tertentu, yang mana adalah Bu Tien.
Seperti yang kita tahu, Bu Tien adalah anggota kecil dari keluarga kerajaan di Kesultanan Solo, dan dikatakan telah menjadi sumber legitimasi Pak Suharto sebagai penguasa.
Setelah kematian Bu Tien, orang-orang mulai merasakan bahwa wahyu telah hilang.