Kita tahu sendiri bahwa hidup itu naik turun dan gak selalu baik. Kadang kita bersedih karena kehilangan, bersedih karena disakiti orang lain, atau karena sebuah kegagalan. Merasakan kesedihan-kesedihan itu tentu hal yang wajar. Kita pun sebagai manusia perlu merasakan kesedihan untuk jadi manusia yang lebih yang normal dan seimbang.
Sementara itu, toxic positivity memaksakan seseorang untuk selalu optimis dan positif apa pun situasinya. Sudah jelas segala yang berlebihan itu gak baik ya.
# Beberapa Bentuk Toxic Positivity
Toxic positivity dapat muncul dalam berbagai bentuk. Beberapa bentuknya antara lain:
1. Ketika sesuatu yang buruk terjadi, seperti saat kamu kehilangan pekerjaan, orang-orang mengatakan kepadamu untuk “tetap positif” atau “melihat sisi baiknya”. Meskipun maksudnya simpatik, komentar tersebut juga bisa menjadi cara untuk menutup kesempatanmu untuk mengatakan sesuatu yang kamu alami.
2. Setelah mengalami beberapa jenis kerugian, orang memberitahumu bahwa "semuanya keburukan yang terjadi pasti ada hikmahnya". Meskipun pernyataan seperti itu bertujuan menghibur, itu bisa disebut toxic positivity karena menghindari rasa sakit orang lain.
3. Saat kamu mengungkapkan kekecewaan atau kesedihan, seseorang memberitahumu bahwa "bahagia itu pilihan." Itu menunjukkan bahwa jika kamu merasakan emosi negatif, itu adalah pilihan dan kesalahanmu sendiri karena tidak "memilih" untuk bahagia.
Kata-kata itu sebenarnya memang seringnya terlontar untuk maksud yang baik atau jika seseorang tak tahu harus merespons apa. Tapi sayangnya pernyataan itu bisa punya efek yang buruk buat si pendengar.
Seseorang bisa tak bertumbuh, atau tidak jujur pada diri sendiri, merasa bersalah, malu, dan sebagainya setelah mendengar kata-kata itu.
Jadi usahakan untuk tak melakukannya ya ges!