Kenaikan harga bahan pangan menjelang libur panjang (seperti Lebaran, Natal, atau Tahun Baru) memang sering kali membuat pusing para ibu rumah tangga dan pelaku usaha kuliner. Fenomena ini bukan sekadar kebetulan, melainkan hasil dari kombinasi faktor ekonomi, logistik, hingga psikologi pasar.
Berikut adalah alasan utama mengapa hal tersebut terjadi:
1. Hukum Permintaan dan Penawaran (Supply and Demand)
Penjual sayur di pasar (mediakeuangan.id)
Ini adalah faktor yang paling mendasar. Saat libur panjang, konsumsi rumah tangga biasanya meningkat drastis karena tradisi makan bersama keluarga, pesta, atau hajatan.
- Permintaan Melonjak: Banyak orang membeli bahan makanan dalam jumlah lebih besar dari biasanya di waktu yang bersamaan.
- Penawaran Tetap/Terbatas: Jika stok barang di pasar tidak bertambah sebanyak kenaikan permintaan tersebut, maka harga secara otomatis akan terkerek naik.
2. Terhambatnya Jalur Distribusi dan Logistik
Menjelang libur panjang, biasanya terjadi kepadatan arus lalu lintas yang luar biasa.
- Pembatasan Truk Logistik: Pemerintah sering kali membatasi operasional truk pengangkut barang non-sembako agar arus mudik/wisata lancar. Hal ini secara tidak langsung memengaruhi ritme pengiriman bahan pangan.
- Biaya Transportasi Naik: Sopir atau kru angkutan yang bekerja di masa libur biasanya meminta upah lebih tinggi (uang lembur), yang kemudian dibebankan ke harga jual barang.
