Apa kalian saat ini lagi gak bahagia? Apa sebabnya? Banyak sih, dan tiap orang tentu saja beda-beda lah.
Nah, banyak orang nih yang mencoba menyingkirkan perasaan tidak bahagia yang sedang mereka alami. Mereka mungkin akan mencoba melakukan hal-hal yang positif. Tapi sayang ... ternyata hal itu malah gak mampu membuat kita benar-benar merasakan bahagia kembali. Kok bisa?
Mo Gawdat, seorang penulis buku "Solve for Happy", seperti dikutip dari Kompas.com, menyebutkan bahwa perasaan tidak bahagia bukanlah jalan keluar dalam menemukan kebahagiaan kembali.
Rasa tidak bahagia yang sengaja kita jauhi itu, menurutnya, cepat atau lambat akan membuat ketidakbahagiaan kita malah jadi berkepanjangan loh.
"Ketika sesuatu memicu ketidakbahagiaan, langkah terbaik adalah 'mengunjunginya' dan menghadapinya," kata Gawdat.
Mo Gawdat mengibaratkan rasa tidak bahagia itu seperti sakit perut. Kita wajib menemukan sebab utamanya dan melakukan perawatan untuk kembali sembuh. Tapi kadang, kita lebih mudah mengenali penyakit fisik ketimbang menyadari bahwa kita merasa tidak bahagia.
"Bila ada sesuatu yang mengganjal di hati, membuat Anda sulit tersenyum, dan lebih ingin menangis atau mengurung diri, berhentilah sejenak untuk mengenali perasaan Anda lebih dalam," katanya.
Bahkan, lanjut Gawdat, jika kita belum tau apa penyebabnya, akuilah bahwa 'Saya tidak merasa baik-baik saja' saat itu juga.
Saran Gawdat ini emang terdengar aneh ya. Tapi pendapat itu gak sembarangan karena didukung oleh sebuah penelitian yang terbit dalam Journal of Experimental Psychology. Penelitian itu menyebutkan bahwa rasa bahagia adalah kemampuan kita untuk bisa merasakan "payah", sedih, atau apapun yang membuat kita jadi gak bahagia, gak hepi!
Penelitian itu telah menyurvei 2.300 mahasiswa di Amerika Serikat, Brasil, dan China. Para peserta ditanyai tentang emosi yang mereka ingin rasakan, yang ingin mereka kurangi, dan emosi mana yang sebenarnya sedang mereka rasakan.
Para mahasiswa kemudian melaporkan kepuasan hidup lebih besar dan lebih sedikit gejala depresi adalah saat mereka benar-benar merasakan emosi apa pun. Baik itu positif maupun negatif.
"Ingin bahagia atau gembira sepanjang waktu tidaklah terlalu realistis, begitu juga dengan berkata 'saya baik-baik saja' sepanjang waktu," kata Maya Tamir, seorang profesor The Hebrew University of Jerussalem.
Jika kita bisa menerima dan menyambut emosi negatif yang kita miliki, mengakuinya, dan mencari jalan keluar, baik itu sendiri atau dengan bantuan orang lain, kita cenderung lebih bahagia dan lebih puas. Catet nih dan mulailah gengs.
Gawdat menyarankan, saat kita merasa gak bahagia, gak hepi, coba deh untuk benar-benar merasakan apa yang membuat kita malah gak bahagia. Menangislah kalo perlu.
Curhat sama temen atau orang yang bisa bisa kalian percaya juga lebih baik kok. Dengan begitu, perasaan tidak bahagia itu perlahan akan berkurang dan tergantikan dengan rasa yang lebih positif.