Tapi belum genap dua tahun menjabat, tiba-tiba mantan jenderal TNI ini menyatakan mundur dari jabatan empuknya di Pertamina. Keputusannya pun membuat publik terkejut. Sebab pengunduran dirinya itu hanya sebulan setelah Pertamina mengerek harga ukuran 12 kilogram dan 50 kilogram sebesar 9,5%.
Saat itu, Pertamina juga belum lama menaikkan harga elpiji.
Saat itu, Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil mengatakan bahwa sang jenderal mengundurkan diri karena kecewa pada manajemen.
"Dia (Endriartono) merasa tidak cocok dan kecewa dengan manajemen, karena saat rapat penentuan Pertamina menaikkan harga elpiji, dia tidak diajak," kata Sofyan.
Ternyata alasan mundurnya sang mantan jenderal TNI ini didasari atas berbagai hal. Salah satunya, dia tak mau menerima gaji yang sangat besar dari Pertamina. Menurutnya, gaji sangat besar itu didapatkan dari meraup keuntungan dengan menggencet hidup rakyat kecil melului cara menaikkan harga elpiji.
Endriartono juga dikabarkan sempat marah besar kepada direksi Pertamina dalam rapat terakhirnya di kantor pusat Pertamina. Penyebabnya, direksi menyebut bahwa alasan menaikkan harga elpiji karena perusahaan itu tengah mengalami kerugian.
Padahal sepengetahuan Endriartono, kerugian di sektor elpiji tak berdampak serius pada Pertamina. Karena keuntungan yang diraup Pertamina masih bisa menutupi kerugian tersebut.
Sang jenderal pun kecewa dengan kondisi itu. Endriartono bahkan kecewa karena ternyata direksi Pertamina terus memburu keuntungan besar agar gaji dan pengahsilan mereka juga melonjak.