Invasi Rusia ke Ukraina memang disayangkan banyak pihak karena menimbulkan banyak korban berjatuhan. Warga Ukraina pun mengungsi ke berbagai negara demi mendapatkan tempat yang aman dan jauh dari konflik. Meski demikian, tidak mudah bagi mereka untuk bertahan hidup secara layak di tempat baru. Hal inilah yang menjadi kegelisahan dua mahasiswa Harvard University, Avi Schiffmann dan Marco Burstein.
Kedua mahasiswa yang baru berusia 19 tahun itu telah meluncurkan website bernama Ukraine Take Shelter pada 2 Maret 2022 lalu. Lewat situs ini, mereka berusaha menghubungkan para pengungsi dengan orang-orang yang mungkin bersedia memberikan bantuan.
Ide awal munculnya website ini adalah ketika Avi Schiffmann baru saja pulang dari unjuk rasa menentang invasi Rusia ke Ukraina pada 28 Februari lalu. Sampai rumah, dia terpikir tentang nasib para pengungsi, dan berkeinginan untuk memberikan bantuan secara nyata.
“Sepertinya keren kalau ada website yang menghubungkan pengungsi Ukraina dengan tuan rumah yang bisa menampung mereka di negara tetangga,” kurang lebih demikian terjemahan tweet Avi Schiffmann. Siapa sangka, cuitan itu langsung disambut hangat oleh netizen.