"Ini seperti keajaiban," kata Adap Coreia, seorang warga desa setempat dan pengawas proyek di Akrema.
"Itu benar-benar mengejutkan kami karena tempat lain di Atauro juga tidak punya air," tambahnya.
Teknologi ini adalah jenis inovasi yang diluncurkan di masyarakat di seluruh dunia yang menderita kekurangan air yang parah, karena efek perubahan iklim.
Dengan dana dari Conservation International (CI), proyek hidropanel ini membutuhkan dana sebesar 200.000 US Dollar dan diluncurkan di dua desa di Atauro tahun lalu.
Bisa ngasih ke setiap desa dengan 200 liter air tawar setiap hari atau 5 liter per panel. Teknologi ini relatif baru di Asia Tenggara, dengan sejumlah kecil proyek yang ada di Indonesia, Filipina dan di Kranji di Singapura.
"Selama musim kemarau yang panjang, sangat sulit untuk mengakses air - untuk air minum, untuk hewan dan juga makanan," kata Coreia.
Para wanita harus mencari sumber air ke tempat yang jauh, itupun hanya cukup untuk mandi, mencuci dan memasak. Sekarang mereka sangat terbantu dengan teknologi ini gengs.
"Jika berbicara tentang perubahan iklim, itu benar-benar memengaruhi aktivitas kami, memancing, pertanian kami, dan memelihara hewan. Ini mengubah musim untuk jagung. Jagung tidak dapat tumbuh dengan baik karena tidak cukup air dan beberapa kelapa yang kita tanam mati karena terlalu panas," ungkap Coreia.
Wah, sangat membantu ya gengs dan lebih ramah lingkungan karena gak pakai listrik.