Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi tren penurunan pernikahan di Indonesia dibarengi dengan angka perceraian yang terus meningkat.
Di tahun 2022, terdapat lebih dari 500 ribu kasus perceraian, setelah sebelumnya di tahun 2021 hanya di kisaran 460 ribu. Kenapa bisa terjadi?
Menurut Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, fenomena ini muncul berkaitan dengan toxic people. Selain itu karena tingkat keinginan di masyarakat untuk tidak memiliki pasangan, meningkat.
"Perceraian kan cukup tinggi signifikan, itu kan sebetulnya tren toxic people itu meningkat, selain kita karena semakin maju pendidikan, semakin delay menikahnya, mungkin egoisme kita semakin meningkat, jadi secara individu makin kita semakin egois, yang mungkin untuk memaklumi orang lain sulit juga," ungkap.
Hasto menjelaskan jika toxic people berkaitan dengan gangguan kejiwaan seseorang. Sehingga, saat seseorang dihadapkan dengan perilaku tersebut, sulit untuk akhirnya bisa berkomitmen dan membangun keluarga.
"Toxic people itu kan banyak mental emotional disorder, orang toxic ini orang yang membosankan, orang toxic kalau ketemu orang waras ya jadi toxic semua, kalau mau nikah kan juga susah, jadi toxic friendship, toxic relationship, ketika banyak toxic friendship kan nikah juga jadi tidak terjadi," tuturnya.
Waduh! Apa memang benar karena itu, Pak?