Untuk menyelamatkan industri pertanian yang sedang terancam, beberapa peneliti di Amerika serikat sedang gencar meneliti satuan tugas serangga pembawa virus yang dimodifikasi secara genetik. Tetapi banyak yang menyangsikan penelitian ini. Mereka khawatir jika penelitian ini berujung pada pengembangan senjata biologis dan atau kimia.
Para peneliti tersebut memang tergabung dalam proyek baru Pentagon, metonimi dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Proyek ini sendiri bernama "Sekutu Serangga" dan didanai Badan Proyek Penelitian Pertahanan Mutakhir (DARPA). Dilansir di Live Science, Selasa (16/10/2018), proyek tersebut melibatkan penggunaan teknik pengeditan gen seperti CRISPR untuk menginfeksi serangga dengan virus yang telah dimodifikasi. Selanjutnya serangga ini akan membantu membuat tanaman pertanian Amerika lebih tangguh.
Jika ladang jagung dilanda kekeringan yang tidak terduga atau tiba-tiba terkena patogen, misalnya, Sekutu Serangga mungkin mengerahkan pasukan kutu daunnya untuk membawa virus yang dimodifikasi secara genetis untuk memperlambat laju pertumbuhan tanaman jagung.
Menurut situs DARPA, “terapi bertarget” ini dapat berlaku dalam satu musim tanam. Namun berpotensi melindungi sistem tanaman Amerika dari ancaman ketahanan pangan seperti penyakit, banjir, salju dan bahkan “ancaman yang diperkenalkan oleh negara atau aktor non-negara”.
Gagasan ini membuat beberapa anggota komunitas ilmiah skeptis. Dalam sebuah tulisan yang diterbitkan 5 Oktober 2018 di jurnal Science, lima ilmuwan yang tergabung dalam sebuah tim menyuarakan kekhawatiran mereka atas proyek ini. Pasalnya, penelitian ini berpotensi untuk dieksploitasi menjadi senjata biologis, atau setidaknya oleh komunitas internasional dianggap seperti itu.
“Pendapat kami, pembenarannya tidak cukup jelas. Misalnya, mengapa menggunakan serangga? Mereka bisa gunakan sistem penyemprotan,” kata Silja Voeneky, profesor hukum internasional di Universitas Freiburg di Jerman kepada Washington Post. Menurutnya, penggunaan serangga sebagai pembawa penyakit adalah definisi bio-weapon klasik.
Meski begitu, Blake Bextine, manajer program untuk proyek Sekutu Serangga, tidak begitu mempersoalkannya. Dia mengakui, saat mengembangkan teknologi baru dan revolusioner, ada potensi terjadinya perdebatan. “Tapi bukan itu yang kami lakukan. Kami memberikan sifat positif pada tanaman. Kami ingin memastikan kami menjamin ketahanan pangan, karena ketahanan pangan adalah ketahanan nasional di mata kami,” ungkapnya.
Proyek Sekutu Serangga masih dalam tahap pengembangan. Namun setidaknya empat perguruan tinggi AS yakni Institut Boyce Thompson, Penn State University, Ohio State University dan University of Texas di Austin telah menerima dana untuk melakukan penelitian.
Bextine mengungkapkan kepada The Washington Post, proyek tersebut merupakan tonggak awal untuk menguji apakah kutu dapat menginfeksi batang jagung dengan virus perancang yang menyebabkan fluoresensi.
ian Amerika lebih tangguh.