Hilang 3.000 Tahun Lalu dan Masih Utuh, Kota Emas ini Ditemukan di Mesir

Hilang 3.000 Tahun Lalu dan Masih Utuh, Kota Emas ini Ditemukan di Mesir

Tahun 2020 lalu, tim peneliti yang dipimpin oleh arkeolog Zahi Hawass memulai penggalian di daerah antara kuil Ramses III dan Amenhotep III dekat Luxor, sekira 500 km di selatan ibu kota Mesir, Kairo. Pencarian ini dilakukan dengan harapan menemukan kuil bagi Firaun Tutankhamun. 

"Tim memilih untuk mencari di wilayah ini karena kuil Horemheb dan Ay ditemukan di daerah ini," kata Zahi Hawass yang juga mantan menteri negara urusan barang antik Mesir ini.

Namun, para peneliti justru dikejutkan oleh temuan hebat ketika formasi bata lumpur mulai bermunculan dari bawah tanah yang mereka gali.

Mereka menyadari baru saja menemukan sisa-sisa kota besar yang kondisinya masih sangat baik. Tampak jalan-jalan kota diapit oleh rumah-rumah. Beberapa tempat dindingnya setinggi 3m. Rumah-rumah itu memiliki ruangan yang dipenuhi pernak-pernik dan perkakas kehidupan sehari-hari orang Mesir Kuno.

Kota ini berasal dari masa keemasan Mesir Kuno di bawah Raja Amenhotep III, raja ke-9 dari dinasti ke-18. 

"Lapisan budayanya tidak tersentuh selama ribuan tahun, ditinggalkan oleh penduduk kuno seolah-olah baru terjadi kemarin," kata Hawass dilansir dari Phys, (9/4/2021).

Para arkeolog menyebut kota kuno itu sebagai Kota Emas yang Hilang. Kota ini terkubur di bawah ibu kota Mesir Kuno, Luxor, selama 3.000 tahun terakhir.

Penemuan Kota Emas Firaun yang Hilang 3000 Tahun Lalu (Kompas.com)

Secara historis kota ini dikenal sebagai The Rise of Aten. Pendirinya adalah Firaun Amenhotep III yang memerintah pada 1391–1353 SM. Ia merupakan kakek dari Firaun Tutankhamun atau Raja Tut. 

Kota Emas masih terus dipakai selama pemerintahan bersama Amenhotep III dan putranya, Amenhotep IV atau Akhenaten. Kota itu bahkan terus digunakan selama pemerintahan Tut dan firaun berikutnya, yang dikenal sebagai Ay.

Menurut dokumen sejarah kota itu adalah lokasi bagi tiga istana kerajaan masa Raja Amenhotep III. Kota ini juga merupakan permukiman administratif dan industri terbesar di Luxor pada saat itu. Tapi peninggalannya tidak dapat ditemukan oleh para arkeolog hingga sekarang. 

"Banyak peneliti asing mencari kota ini, tapi tidak pernah menemukannya," kata Hawass.

Maka nggak heran kalau kemudian Betsy M. Bryan, profesor Egiptologi di Universitas John Hopkins, berpendapat bahwa kota kuno yang hilang ini merupakan penemuan arkeologi terpenting kedua sejak penemuan makam Tutankhamun pada 1922.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"