Sebagaimana mestinya, kita harusnya sih berpuasa di bulan Ramadan ini. Kita menahan diri dari nafsu makan sembari beribadah dan tetap menjalankan aktivitas seperti biasa.
Hal ini mungkin akan jadi rumit buat para perokok aktif nih. Soalnya, puasa membuat para perokok jadi berjauhan dengan berbatang-batang rokok yang biasanya dihisap. Belasan jam pula, dari lepas sahur hingga berbuka puasa.
Momentum ini sebenernya bisa dimanfaatkan untuk say good bye to rokok-rokok yang biasa kalian hisap gengs.
Dr. dr. Erlina Burhan, dokter spesialis paru dan pakar tuberkulosis, seperti dikutip Kompas.com, menyebutkan bahwa merokok dapat meningkatkan risiko untuk terinfeksi dan terjangkit tuberkulosis dua kali lipat dibanding dengan mereka yang tidak merokok sama sekali.
"Satu batang rokok akan melumpuhkan silia (rambut getar) di saluran napas yang berfungsi untuk mengusir kuman keluar dari tubuh," kata Erlina.
Erlina menyampaikan pula bahwa hampir 70 persen pria dewasa di Indonesia adalah perokok. Sebagian besar pasien tuberkulosis pernah merokok atau mantan pecandu rokok. Biasanya, mereka berhenti merokok setelah divonis mengidap tuberkulosis.
Untuk menurunkan risikonya, dr. Erlina membagikan beberapa tips yang bisa dilakukan agar kalian yang ingin berhenti merokok bisa segera terlaksana nih gengs.
"Yang penting, pertama kali adalah niat sungguh-sungguh dari diri sendiri untuk berheni merokok. Sampaikanlah niat ini ke dokter, dan dokter akan membantu Anda untuk stop merokok. lebih baik stop sama sekali dibanding mengurangi rokok sedikit demi sedikit," kata Erlina.
Menurut dr. Erlina nih, tindakan kita untuk berhenti merokok akan menimbulkan gejala 'withdrawal syndrome' atau sindrom putus rokok. Sindrom itu akan mengakibatkan seseorang menjadi cemas, gelisah, kurang konsentrasi, dan merasa lemah.
"Tapi, itu hanya bersifat sementara. Bila menyadari itu dan berhasil melewatinya, maka tubuh akan menyesuaikan diri sehingga tidak ada lagi rasa kebutuhan dan keinginan untuk merokok," lanjut Erlina.
Sang dokter pun menjelaskan bahwa konsultasi dan bimbingan untuk berhenti merokok bisa didapat di rumah sakit besar atau menemui praktik dokter spesialis paru-paru.
"Orang yang baru berhenti mudah tergoda untuk kembali merokok. Tidak tahan dengan sindroma withdrawal-nya. Tapi sharing dengan dokter bisa memotivasi untuk melewati itu karena memang harus dilewati," ungkap Erlina.
Oleh karena itu, momen seperti bulan Ramadan ini bisa banget untuk dijadikan fondasi untuk membatasi dan menahan diri dari keinginan tersebut. Terlebih karena secara tidak sadar, seorang perokok ternyata mampu menjauhi rokok kegemarannya selama berjam-jam.
"Coba deh mulai menjauh dari lingkungan atau orang sekitar yang sedang merokok. Berani mengatakan, 'maaf, saya tidak merokok' bila ada yang menawarkan rokok," tutup Erlina.
Jadi gimana gengs, terpikir untuk segera berhenti merokok nggak nih kalian? Mumpung masih bulan Ramadan dan puasa kan menjauhkan kita dari aktivitas merokok kita seperti biasa tuh di bulan-bulan lainnya.