Air tanah, yang terdapat di dalam retakan dan pori-pori batuan permeabel yang dikenal sebagai akuifer, merupakan jalur kehidupan bagi masyarakat, terutama di belahan dunia yang curah hujan dan air permukaannya langka, seperti India bagian barat laut dan Amerika Serikat bagian barat daya.
Berkurangnya air tanah dapat mempersulit masyarakat untuk mengakses air bersih untuk minum atau mengairi tanaman dan dapat mengakibatkan penurunan permukaan tanah.
Para peneliti menemukan bahwa penurunan permukaan air tanah meningkat pesat dalam dua dekade pertama abad ke-21 pada 30% akuifer tersebut, melampaui penurunan yang tercatat antara tahun 1980 dan 2000.
Tingkat air tanah juga menurun antara tahun 2000 dan 2022 di 71% dari 1,693 sistem akuifer yang termasuk dalam penelitian ini. Tingkat air tanah menurun lebih dari 0,1 meter per tahun di 36%, atau 617, di antaranya.
Studi ini juga menyoroti beberapa kisah sukses di Bangkok, Arizona dan New Mexico, di mana air tanah mulai pulih setelah adanya intervensi untuk mengatur penggunaan air dengan lebih baik atau mengalihkan air untuk mengisi kembali akuifer yang sudah habis.
Wah, para pemangku kebijakan di seluruh dunia harus mulai belajar dari 3 kota tadi nih untuk menyelamatkan cadangan air tanah bumi.