Mengutip Daily Mail, Korea Utara ternyata memiliki tim peretas atau hacker yang dikembangkannya untuk meretas situs web.
Menurut Google, peretas Korut didukung oleh pemerintah Pyongyang. Mereka kemudian berkunjung ke situs blog menggunakan profil palsu. Mereka menggunakan metode klandestin untuk menginfeski komputer dan mengekstar informasinya.
# Meretas Google Chrome dan Windows
Metode Klandestin digunakan para peretas Korut untuk meretas Google Chrome dan Windows, kemudian mencuri informasi dari kedua perusahaan IT raksasa itu.
Para ahli menjelaskan bahwa upaya itu mencerminkan bahwa Korea Utara sedang meningkatkan keterampilan mereka di dunia maya. Mereka bahkan sudah mampu menembus produk komputer yang banyak digunakan. Seperti sistem operasi Windows 10 dan browser internet Chrome.
Korea Utara sempat membantah tuduhan tersebut. Namun faktanya, Korea Utara sudah berkaitan erat dengan serangan dunia maya besar seperti serangan malware Wannacry di tahun 2017 sampai melumpuhkan sistem komputer NHS.
Korea Utara juga dituduh melumpuhkan server lembaga keuangan Korea Selatan di tahun 2013 dan peretasan Sony Pictures di tahun 2014.
# Perkiraan Dewan Keamanan PBB
Pada tahun 2019, Dewan Keamanan PBB bahkan memperkirakan bahwa Korea Utara mendapat uang sebanyak 1,45 miliar pound atau setara Rp279 triliun dari operasi dunia maya ilegal selama beberapa tahun.
Ajegileee~
Korut pun menargetkan pertukaran mata uang kripto dan transaksi keuangan lain. Dengan begitu pendapatan mereka sulit dilacak. Sehingga bisa mengimbangi modal yang hilang karena sanksi ekonomi yang dipimpin AS dan program senjata militer nuklir.
Wah, ngeri juga ya Korea Utara. Kemisteriusan dan kabar kurang sedang yang sering berembus tentang negara ini memang beralasan.
Sebaiknya tiap negara dan perusahaan besar memang harus mulai meningkatkan lagi tingkat keamanan website mereka, atau data online mereka di internet. Kalau gak mau diretas atau diambilin datanya oleh Korut. Yah, kan siapa tahu ya?