Fix Dihapus dari Tes Militer, Ternyata Inilah Tujuan Asli Mengapa Tes Keperawanan Dilakukan Untuk Merekrut Tentara Wanita di Indonesia

Fix Dihapus dari Tes Militer, Ternyata Inilah Tujuan Asli Mengapa Tes Keperawanan Dilakukan Untuk Merekrut Tentara Wanita di Indonesia

Belakangan ini kabar soal tes keperawanan untuk merekrut tentara wanita di Indonesia kembali ramai diperbincangkan. Meski sebelumnya tes semacam ini memang telah disorot banyak pihak dan kini Indonesia tengah berupaya menghilangkannya.

Menanggapi isu tersebut, Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Andika Perkasa, menegaskan bahwa tes ini tidak akan digunakan lagi. Sebab, tes tersebut disebut-sebut sudah tidak memiliki nilai ilmiah lagi.

"Tidak ada hal seperti itu lagi di militer Indonesia," kata Andika Perkasa, merujuk pada tes keperawanan untuk masuk militer Indonesia.

Lebih lanjut, Andika Perkasa pun menyatakan, akan memastikan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Di masa depan proses seleksi militer Indonesia dipastikan akan setara antara laki-laki dan perempuan.

Lantas mengapa sebelumnya militer Indonesia menerapkan tes keperawanan untuk wanita yang hendak masuk jajaran militer?

Ternyata tujuannya adalah untuk menentukan moralitas rekrutan perempuan, meskipun tes ini dikecam oleh banyak pihak.

Adapun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa "tes keperawanan" tidak memiliki nilai ilmiah.

Ilustrasi Tentara Wanita Indonesia (Liputan6.com)

Juru bicara Angkatan Udara Indonesia, Indan Gilang juga mengatakan bahwa tidak ada "tes keperawanan" di Angkatan Udara. Tetapi hanya tes kehamilan untuk mendeteksi kista atau potensi komplikasi medis.

Proses "tes keperawanan" telah dihapus dari militer Indonesia, tetapi angkatan laut masih mempertahankan tes kehamilan untuk rekrutan perempuan.

Sebelumnya, Human Rights Watch (HRW) juga khawatir jika tes tersebut masih saja dilakukan.

Andreas Harsono, peneliti HRW di Indonesia, mengatakan bahwa "itu hal yang benar untuk dilakukan" karena "tes keperawanan" adalah metode yang "diskriminatif dan merusak emosi".



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"