2. Gak selalu tentang seks
Bisnis Papakatsu ini bisa hanya sekadar jalan bareng dan nemenin ngobrol gengs. Bukan kayak bisnis prostitusi yang menawarkan hubungan intim. Semua kembali lagi sesuai kesepakatan apa yang akan dilakukan bersama.
3. Rentang usia
Ternyata setelah dilakukan survei gak cuma gadis muda yang jadi anggota gengs. Ada wanita dewasa juga yang tertarik untuk memberikan pelayanan pada sugar daddy.
"Rata-rata usianya mulai dari 18 sampai 50 tahun. Pekerjaan mereka juga beragam, seperti anak kuliahan, pekerja kantoran, ibu rumah tangga, single mother dan lainnya. Kebanyakan dari mereka melakukannya karena alasan keuangan. Si cowok biasanya seorang pebisnis tajir yang punya status tinggi, yang mana langka banget bagi kebanyakan gadis untuk bisa ngobrol dengan cowok seperti itu. Kadang, si gadis jadi bisa mengembangkan network mereka lewat papakatsu," ungkap Sara Takaishi, seorang wanita yang pernah bekerja di industri papakatsu.
4. Ada pembekalan
Iya gengs, gak salah baca kok. Ada pembekalan dan pelatihan khusus buat para remaja dan wanita yang jadi anggota. Biar gak tertipu para pelanggan.
"Dia (sugar daddy) bangun dan izin ke kamar mandi, lalu tiba-tiba pergi. Jadi aku harus membayar US$ 295 (Rp 4,3 juta). Aku sudah melaporkannya ke kantor polisi tapi mereka bilang jika ini adalah masalah pribadi, jadi aku tak bisa mengajukan laporan," ungkap salah satu korban.
Secara ya pelanggannya laki-laki, bisa aja suka tipu dan buaya. Juga bisa terjadi tindak kekerasan atau kriminal. Jadi biar aman ada pembekalan buat para anggota Papakatsu. Juga diajari bagaimana caranya memuaskan pelanggan dan memperlakukan mereka dengan baik.
5. Pelanggan yang kesepian
Kenapa para sugar daddy yang udah beristri itu rela membayar tinggi karena kesepian. Biasanya mereka gak akur sama istri atau keluarganya. Punya banyak uang tapi gak punya temen dekat gitu.
Jadi meski gak ada seks dan hanya main bareng, para sugar dady ini merasa senang aja.
Bisnis Papakatsu ini menuai pro dan kontra di negaranya sendiri. Ada yang setuju, karena bisa menjadi pekerjaan dan ngasih pemasukan bagi gadis-gadis yang membutuhkan uang. Terutama disaat pandemi ini.
Tapi ada juga yang gak suka karena mirip dengan bisnis prostitusi. Karena faktanya ada juga yang memang menyajikan hubungan badan. Kebanyakan juga anak-anak sekolah yang melakukan ini. Selain itu juga bisa terjadi tindak kejahatan pada gadis-gadis itu.
Kalau kamu gimana gengs? Setuju gak?