Fakta Menyedihkan di Balik Material Polyester yang Kerap Digunakan untuk Membuat Produk Fashion

Fakta Menyedihkan di Balik Material Polyester yang Kerap Digunakan untuk Membuat Produk Fashion

Polyester adalah salah satu bahan material kain yang populer untuk beragam produk fashion. Polyester adalah bahan serat sintetis yang terbuat dari gabungan senyawa kimia yaitu, ethylene glycol, dan asam tereftalat, yang dikombinasikan dengan polyethylene terephathalate (PET) yang berasal dari minyak bumi (petroleum).

Polyester telah menjadi serat yang paling banyak digunakan dalam industry tekstil mencakup sekitar setengah dari keseluruhan pasar serat dan sekitar 80% dari serat sintetis. Pada tahun 2020, produksi serat polyester global meningkat menjadi 57,1 metrik ton.

Darimana asal Polyester?

Polyester ditemukan pada tahun 1941 oleh ahli kimia Inggris John Rex Whinfield dan James Tennant Dickson. Namun, baru pada tahun 1970-an serat ini baru mendapatkan popularirtas sebagai alternatif pakaian yang hemat biaya, karena perawatannya yang mudah, tahan lama, dan tidak mudah kusut.

Murahnya bahan polyester ini memainkan peran penting dalam bangkitnya fast fashion. Biaya produksi yang rendah memungkinkan pebisnis fast fashion untuk memproduksi massal pakaian yang up to date dan sekali pakai tanpa mengeluarkan biaya besar. Hal ini yang mendorong budaya sekali pakai berkembang pesat karena polyester menjadi semakin murah untuk diproduksi.

Dampak Lingkungan dari Polyester

Macam-macam kain berbahan polyester (blibli.com)

Keterjangkauan dan karakteristik serbaguna polyester telah menjadikannya bahan pokok dalam industry mode, tetapi biaya linglkungannya cukup besar. Dampak lingkungan dari polyester sangat beragam dan signifikan, sebagian besar disebabkan oleh asal usulnya yang berbasis minyak bumi dan proses yang terlibat dalam produksi, penggunaan, dan pembuangannya.

Konsumsi Energi dan Emisi Gas Rumah Kaca

Inti dari produksi polyester adalah reaksi kimia yang dikenal sebagai polimerisasi, dimana etilen glikol dan asam tereftalat digabungkan untuk membuat polimer polietilen tereftalat (PET). Reaksi ini memerlukan suhu yang tinggi untuk terjadi, biasanya sekitar 280°C hingga 300°C. Energy yang dibutuhkan untuk mencapai suhu tinggi ini signifikan dan sering kali bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, atau gas alam.

Bahan bakar ini dibakar untuk menghasilkan panas atau listrik yang menggerakkan system pemanas di pabrik pembuatan polyester.

Pembakaran bahan bakar fosil melepaskan karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer. Gas-gas ini memerangkap panas dan berkontribusi terhadap pemanasan planet, alias perubahan iklim.

Pengguanan Air

Pembuatan polyester membutuhkan jumlah air yang cukup besar, terutama untuk keperluan pendinginan selama berbagai tahap proses produksi. Setelah proses suhu tinggi, bahan tersebut perlu didinginkan.

Air yang digunakan dalam sistem pendingin dapat terkontaminasi dengan bahan kimia yang digunakan dalam produksi. Jika air ini dibuang tanpa pengolahan yang tepat, air tersebut dapat mencemari air sekitar, dan memengaruhi satwa liar dan populasi manusia.

Fasilitas produksi polyester cenderung berlokasi di wilayah yang sumber daya airnya terbatas atau sudah tertekan karena aktivitas industri, pertanian, atau penggunaan perumahan lainnya. Penggunaan air yang besar oleh fasilitas produksi polyester dapat memperburuk masalah kelangkaan air setempat, yang berdamp[ak pada populasi manusia dan ekosistem setempat.

Pewarna dan Bahan Kimia Beracun

Pewarnaan kain polyester memerlukan penggunaan bahan kimia tertentu untuk memastikan pewarna melekat pada serat. Beberapa bahan kimia ini dapat bersifat beracun, karsinogenik (penyebab kanker), atau berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Bahan kimia umum yang digunakan dalam proses pewarnaan sintetis meliputi logam berat, formaldehida, dan amina aromatik.

Non-Biodegradability

Polyester adalah jenis plastik, dan seperti kebanyakan plastik lainnya, polyester tidak terurai secara biologis, artinya tidak terurai secara alami di lingkungan. Biodegradasi adalah proses di mana zat organik diurai oleh proses alami, dibantu oleh organisme mikroba, menjadi senyawa yang lebih sederhana dan tidak beracun seperti air, karbon dioksida, dan kompos. Polyester adalah bahan sintetis yang penguraiannya memakan waktu lama yakni bisa mencapai 20 hingga 200 tahun lebih.

Polusi Mikroplastik

Selain polyester tidak bisa terurai secara biologis, bahan ini juga melepaskan mikroplastik terutama saat dicuci. Karena ukurannya, partiklel-partikel kecil ini dapat sengan mudah melewati sistem penyaringan di pabrik pengolahan air limbah, kemudian memasuki badan air alami. Setiap kali pencucian, jutaan mikroplastik dilepaskan ke dalam sistem air limbah. Begitu berada di sungai dan lautan, mikroplastik dapat diakses oleh kehidupan laut. Ikan dan organisme laut lainnya dapat menelan mikroplastik secara langsung atau tidak langsung dengan memakan organisme lain yang telah menelan mikroplastik.

Tantangan Daur ulang

Tidak adanya infrastruktur global yang kuat saat ini untuk mengumpulkan, memilah, dan mendaur ulang pakaian polyester bekas merupakan hambatan signifikan untuk mencapai tingkat daur ulang yang lebih tinggi. Ini termasuk kurangnya fasilitas, teknologi, dan sistem yang diperlukan untuk mengumpulkan dan memproses barang polyester bekas secara efisien.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"