Selama Perang Dunia II, dokter Nazi memiliki akses tanpa batas pada manusia. Mereka bebas melakukan eksperimen manusia Nazi selama Perang Dunia II dengan cara apa pun. Di satu sisi, eksperimen ini hanyalah bentuk lain dari penyiksaan dan pembunuhan massal.
Eksperimen Manusia Nazi Selama Perang Dunia II
Meskipun experimen sadis ini katanya menghasilkan data, tapu dunia percaya bahwa perilaku buruk pasti telah menghasilkan ilmu pengetahuan yang buruk. Meskipun data yang diperoleh Nazi ada yang berguna untuk dunia ilmiah dan pengetahuan.
Misalnya Eksperimen manusia Nazi selama Perang Dunia II tentang hipotermia. Dilakukan dengan cara membenamkan dalam air es sampai mereka menjadi tidak sadar dan banyak yang mati. Memberikan informasi tentang apakah manusia bisa diselamatkan setelah kena hipotermia.
Data dari eksperimen Nazi dikutip dalam makalah ilmiah dari tahun 1950-an hingga 1980-an, tetapi tanpa indikasi sifatnya.
Pada akhir 1980-an, peneliti AS Robert Pozos berpendapat bahwa data hipotermia Nazi sangat penting untuk meningkatkan metode menghidupkan kembali orang-orang yang diselamatkan dari pembekuan air setelah kecelakaan kapal, tetapi New England Journal of Medicine menolak proposal untuk mempublikasikan data secara terbuka.
Berikut ini deretan Eksperimen manusia Nazi selama Perang Dunia II
1. Pembekuan
Eksperimen manusia Nazi selama Perang Dunia II agar bisa menentukan cara paling efektif untuk merawat pilot Jerman yang menjadi sangat kedinginan akibat terlontar ke laut. Juga tentara Jerman yang menderita paparan ekstrem di front Rusia.
Eksperimen manusia Nazi selama Perang Dunia II melakukan eksperimen pembekuan di Dachau. Mereka menempatkan para korban ke dalam tong berisi air es. Selama 5 jam, baik dalam pakaian penerbang atau telanjang.
Ketika para korban menggeliat kesakitan, berbusa di mulut, dan kehilangan kesadaran, para dokter mengukur perubahan dalam detak jantung pasien, suhu tubuh, refleks otot, dan faktor-faktor lainnya.
Ketika suhu tubuh internal seorang tahanan turun menjadi 79,7 ° F, para dokter mencoba memanaskannya kembali menggunakan kantong tidur panas, mandi air panas, bahkan wanita telanjang dipaksa bersanggama dengan korban.
Sekitar 80 hingga 100 pasien meninggal selama percobaan ini.
2. Dataran tinggi
Pada tahun 1942, Sigmund Rascher dan yang lainnya melakukan eksperimen manusia Nazi selama Perang Dunia II
di ketinggian. Karena ingin mengetahui cara terbaik untuk menyelamatkan pilot-pilot Jerman yang dipaksa untuk melontarkan diri di tempat tinggi.
Caranya dengan menempatkan para tahanan ke dalam ruangan bertekanan rendah. Menyimulasikan ketinggian 68.000 kaki dan memantau respons fisiologis mereka ketika mereka menyerah dan mati.
Rascher dikatakan membedah otak korban sementara mereka masih hidup untuk menunjukkan bahwa penyakit ketinggian dihasilkan dari pembentukan gelembung udara kecil di pembuluh darah bagian otak tertentu.
Dari 200 orang yang menjadi sasaran eksperimen ini, 80 meninggal dunia dan sisanya dieksekusi.
3. TBC
Untuk menentukan apakah orang memiliki kekebalan alami terhadap TBC dan untuk mengembangkan vaksin melawan penyakit. Dr. Kurt Heissmeyer melakukan eksperimen manusia Nazi selama Perang Dunia II.
Caranya dengan menyuntikkan basil tuberkel hidup (bakteri yang merupakan penyebab utama TB) ke dalam paru-paru narapidana di kamp konsentrasi Neuengamme. Sekitar 200 subjek dewasa meninggal. 20 anak dari Auschwitz digantung dalam upaya untuk menyembunyikan bukti percobaan.
3. Phosgene
Eksperimen manusia Nazi selama Perang Dunia II yang dilakukan untuk penangkal fosgen. Gas beracun yang digunakan sebagai senjata selama Perang Dunia I.
Dokter Nazi mengekspos 52 tahanan kamp konsentrasi ke gas di Fort Ney dekat Strasbourg, Prancis. Gas fosgen menyebabkan iritasi ekstrem pada paru-paru.
Banyak tahanan, yang menurut catatan Jerman sudah lemah dan kurang gizi, menderita edema paru setelah paparan, dan empat dari mereka meninggal karena percobaan.