Dibalik Kemewahan Dubai, Ada Sonapur Tempat Buruh Asia Hidup Melarat Upah Rendah

Dibalik Kemewahan Dubai, Ada Sonapur Tempat Buruh Asia Hidup Melarat Upah Rendah
Tempat tinggal kumuh (dailymail.uk)

"Satu-satunya hiburan yang kami miliki adalah televisi, di mana kami dapat menangkap saluran India, dan satu-satunya hiburan lainnya adalah kunjungan kami ke supermarket pada hari Jumat ketika kami membeli bahan makanan, sabun dan rokok," kata Ravannan, seorang pekerja dari Tamil Nadu di India Selatan kata

Para pekerja bangun jam 5 pagi untuk mencuci dan memasak makanan yang akan mereka bawa ke tempat kerja mereka. Pada jam 7 pagi, mereka naik bus perusahaan untuk mencapai lokasi masing-masing sekitar satu jam kemudian.

Hari Jumat, supermarket di pemukiman penuh dengan kehidupan, dengan hampir seluruh tenaga kerja muncul. Pekerja mengantri di ATM di luar untuk menarik uang. Mereka terlihat lelah, mulai tersenyum ketika mereka mengatakan hidup menjadi lebih baik berkat langkah-langkah yang baru-baru ini diprakarsai oleh Kota Dubai untuk meningkatkan akomodasi.

Tetap rajin ibadah tapi gengs (dailymail.uk)

Para buruh hidup melarat dan seadanya di kamp-kamp perusahaan. Mereka dibayar dengan gaji rendah, padahal harus mengirim uang untuk keluarga. Paspor para buruh ini juga ditahan di Bandara ketika tiba di Dubai.

Sonapur sekarang dihuni oleh sekitar 200.000 pekerja Asia, kebanyakan dari India diikuti oleh Pakistan, Bangladesh dan Sri Lanka, dengan beberapa dari Nepal, Filipina dan Korea.

Dibalik gedung-gedung mewah, ada kamp dengan fasilitas buruk, drainase dan sanitasi yang buruk, dihuni oleh ribuan pekerja ilegal dengan izin kerja yang kadaluwarsa, menghasilkan dunia yang miskin.

Ada dapur umum yang kumuh untuk memenuhi kebutuhan makan para pekerja. Mereka harus menekan biaya hidup sehemat mungkin di negara yang biaya hidupnya mahal.

Ada sekitar 50 kamar di kamp, ??masing-masing menampung 15 orang. Sekitar delapan dari ini bekerja shift malam. Mereka membayar Dh2.500 per kamar, di mana mereka juga dapat mandi sehari-hari, menonton televisi kabel, dan mendengarkan radio.

Ada sekitar sepuluh kamp semacam itu di Sonapur tahun lalu, tetapi kebanyakan dari mereka telah ditutup selama lima bulan terakhir setelah inspeksi berkala oleh pasukan sipil.

Barisan jemuran dapat dilihat melalui gerbang yang sebagian dibuka di lokasi yang direlokasi. Para pekerja pada umumnya berperilaku baik dan saleh, menghadiri sholat Jum'at di masjid-masjid dan di pinggir jalan di luar kompleks buruh dalam jumlah besar.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"