Aksara Jawa punya banyak tambahan ketika digunakan untuk membuat kalimat. Selain itu juga punya bunyi yang berbeda-beda sesuai dengan tanda yang digunakan. Contohnya a bisa dibaca a pada kata papat atau bisa dibaca á pada kata lara.
Konon katanya, aksara jawa ini dibuat oleh Aji Saka. Berikut bunyinya:
Ha Na Ca Ra Ka = ada dua orang utusan (carakan)
Da Ta Sa Wa La = keduanya saling bertarung untuk mempertahankan amanah
Pa Dha Ja Ya Nya = keduanya mempunyai tingkat kesaktian yang sama
Ma Ga Ba Tha Nga = maka keduanya-pub mati menjadi bangkai.
Aksara Jawa masih diajarkan hingga saat ini untuk anak SD dan SMP. Kebanyakan anak-anak SMA sudah tidak mempelajari bahasa jawa lagi. Aksara jawa ini masuk dalam mata pelajaran bahasa Jawa.
Aksara jawa merupakan aksara turunan dari aksara Brahmi. Di masa kejayaan kerajaan Jawa, Aksara Jawa merupakan aksara resmi.
Mulai dari penulisan karya sastra, karya buku, hingga berkirim surat antar kerajaan. Penyebaran aksara Jawa ini bahkan dahulu sampai ke Makassar, Melayu, Sunda, Bali, Sasak.
Aksara Jawa mulai dikenalkan semenjak abad ke 17 Masehi, tepatnya di masa kerajaan Mataram Islam. Kali ini kita akan membahas tentang aksara jawa dan pasangannya.
Aksara Jawa dan Pasangannya
Untuk membuat kalimat dengan bunyi vokal yang dihilangkan aksara jawa punya pasangan khusus. Pasangan adalah bentuk khusus dari cara menulis aksara jawa untuk mematikan atau menghalau vokal dari aksara sebelumnya. Aksara pasangan dipakai untuk menuliskan suku kata yang tidak terkandung vokal.
Misalnya mau nulis 'tidak bisa', dalam kamus aksara jawa tidak ada huruf 'k'. Jadi harus ditambahi pasangan aksara "ba" agar bisa menjadi 'k' saja. Dari 'tidaka' menjadi 'tidak' harus menggunakan pasangan.
Contoh lagi adalah kitab negara kertagama pada gambar. Supaya menjadi kitab maka huruf ba ditambah pasangan na dan diberi pepet. Menjadi kitab negara.