Secara logika, tidak mungkin Gus Dur yang barusan meminta disajikan minum teh, sedangkan beliau sudah sedari tadi mengisi Khutbah Jum'at. Kesaksian lain diungkap oleh tokoh NU Jakarta Utara, KH. Miftakhul Falah. Dia menceritakan di tahun 1994, Gus Dur sedang dirawat di RSUD Koja, Jakarta Utara.
Ketika itu, seorang anggota Banser mendapat perintah dari komandannya untuk menjaga Gus Dur di ruang perawatan. Sampai akhirnya, Gus Dur yang sempat tertidur terbangun dan mengajak anggota tersebut berziarah ke makam Habib Husein Al-Haddad.
Lokasi pemakaman itu sendiri letaknya sekitar 400 meter dari tempat Gus Dur dirawat. Setelah ziarah, banser tersebut mengantar Gus Dur kembali ke ruangannya. Setelah Gus Dur tertidur, banser tersebut keluar dari ruangan dan melihat komandannya sudah ada di kursi tunggu.
Dengan kesal, komandan itu membentak anggotanya karena tidak menjaga Gus Dur dengan baik. Anggota banser itu kemudian menjelaskan kalau dia baru saja mengantar Gus Dur berziarah. Ternyata, disaat yang bersamaan sang komandan melihat Gus Dur masih tertidur. Padahal sang anggota juga merasa dirinya pergi dengan membopong Gus Dur yang masih lemah.
Sementara itu, penulis Maman Suherman juga mengaku pernah hampir dipecat dari Gramedia karena dikira mewawancarai fiktif Gus Dur. Hal ini bermula saat Maman berhasil mewawancara Gus Dur di jam Salat Jumat. Dia mengaku ngobrol secara langsung dengan Gus Dur.
Tapi setelahnya, Maman Suherman bertanya kenapa Gus Dur tidak salat Jumat. Namun Gus Dur mengatakan dirinya salat. Sesampainya di kantor Gramedia, ada satu orang lainnya yang juga mengaku berhasil mewawancarai Gus Dur. Orang tersebut mengatakan dirinya menemani Gus Dur salat Jumat di masjid. Padahal ketika itu, Maman juga sedang bersama Gus Dur.