Setiap negara memiliki tradisi pernikahan yang unik. Misalnya ada negara di Eropa yang memperbolehkan mempelai wanita berciuman dengan para tamu laki-laki yang datang. Sementara di Israel pun berbeda. Pernikahan di Israel cukup rumit karena memiliki proses yang panjang sebelum dan saat prosesi pernikahan.
Dua hari sebelum hari pernikahan, calon mempelai wanita diharuskan berendam terlebih dulu di sebuah tempat yang disebut Mikve. Prosesi berendam itu fungsinya untuk menyucikan diri sebelum melangsungkan pernikahan. Karena ini proses yang penting maka calon mempelai wanita mendapatkan bukti dalam bentuk sertifikat.
Setelah berendam, calon mempelai wanita dan pria harus mempelajari tentang konsep pernikahan atau kalau zaman sekarang biasanya disebut kursus pra pernikahan. Saat proses pernikahan secara tradisional dilakukan di tempat yang bernama Sinagoga. Pernikahan harus dihadiri saksi pernikahan yang beragama Yahudi dan tidak boleh wakil dari keluarga.
Sebelum acara pernikahan dimulai, mempelai pria akan menutup wajah calon istrinya dengan kain bernama Badeken yang memiliki arti bahwa kecantikan fisik bukan jadi prioritas atau hal penting namun yang diutamakan adalah keindahan jiwa. Jika mempelai wanita memakai kain penutup wajah, mempelai pria menggunakan syal sutra yang bernama talith.
Kedua mempelai menikah di bagian bernama houppa yang meyimbolkan rumah mereka di masa depan. Mempelai perempuan harus mengitari mempelai pria sebanyak tujuh kali. Dihadapan mempelai pria dan wanita terdapat dua gelas anggur yang sudah diberkati dan nanti harus diminum oleh keduanya sebelum proses pemasangan cincin.
Ketika mempelai pria memasangkan cincin di telunjuk kanan mempelai wanita, dia harus mengucapkan kalimat sembari menatap wajah istrinya: “melalui cincin ini kamu diserahkan menurut hukum Nabi Musa dan Israel”.