Jadi, ia lebih bangga terlihat hebat di mata Allah ketimbang bangga di mata dunia.
"Setidaknya, saya telah mampu mengendalikan diri saya, agar hebat di mata Allah SWT," kata Miftahul Jannah.
Atlet judo Indonesia di cabang tuna netra peraih medali emas pada pekan paralimpik Nasional (Peparnas)XV 2016 itu, juga sangat berharap ke depannya pihak panitia dan ketua Judo Dunia dapat membuat aturan yang tidak merugikan atlet, khususnya atlet yang beragama Muslim.
"Saya rasa, tidak salahnya, atlet yang berjilbab juga bisa ikut bertanding. Buktinya banyak kejuaran dunia lainnya, dibolehkan pakai jilbab," terang anak kedua dari lima bersaudara itu.
Miftahul Jannah meminta maaaf kepada seluruh masyarakat Aceh, Pasalnya ia tidak bisa memberikan gelar juara pada Asian Para Games tersebut.
"Mohon maaf, tapi apa yang saya lakukan, adalah bentuk harga diri dan menjaga marwah masyarakat Aceh, yang dikenal dengan syariat Islam. Saya tidak ingin, menggadaikan, harga diri dan martabat Aceh, hanya untuk gelar juara semata," tutup mantan siswi SLBN A (SMA) Kota Bandung itu.
Sementara itu, Wakil Ketua I KONI Abdya Alamsyah Putra mengapresiasi terhadap sikap mempertahankan jilbabnya.
Tenang mbak Miftahul Jannah, walau tak bisa mengikuti kejuaraan Judo tersebut namun kamu juara di hati kami kok, semangat ya, jangan putus asa, kamu luar biasa.