Apa Benar, Cowok Menghindari Sikap Ramah Lingkungan Karena Takut Dianggap Nggak Maskulin?

Apa Benar, Cowok Menghindari Sikap Ramah Lingkungan Karena Takut Dianggap Nggak Maskulin?

Menjaga lingkungan agar tetap bersih adalah tanggung jawab kita bersama. Nggak peduli cewek atau cowok, kebersihan adalah hal utama yang wajib dijaga.

Tapi sayangnya, ada sebuah jurang pemisah yang dibentuk dalam masyarakat. Laki-laki ya harus maskulin, sementara perempuan tetaplah feminin. Padahal, pandangan ini bisa saling dipertukarkan dan saling melengkapi kok.

Katanya, cowok gak ramah lingkungan karena takut gak maskulin ya? (sharingworld.net)

Hal ini turut menyusun pandangan pula bahwa kebersihan lingkungan seolah-olah menjadi kewajiban bagi seorang perempuan. Sementara laki-laki cenderung gak sadar akan lingkungan ketimbang perempuan.

Kecenderungan itu diungkap dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Consumer Research, sebagaimana kami kutip dari IDN Times. Katanya, cowok nggak sadar lingkungan karena takut dianggap nggak maskulin. Apa bener begitu? Simak deh fakta-faktanya berikut ini.

1. Takut dianggap merusak identitas maskulin

1. Takut dianggap merusak identitas maskulin Takut merusak nilai-nilai maskulinitas katanya (zerohedge.org)

Sebuah laporan dari tujuh penelitian yang melibatkan 2.000 responden, baik laki-laki maupun perempuan, menunjukkan bahwa laki-laki enggan berkontribusi terhadap gerakan ramah lingkungan. Ini terjadi karena mereka takut merusak identitas maskulin mereka.

Para responden menganggap bahwa perilaku ramah lingkungan beserta produk-produknya adalah sesuatu yang "feminin". James Wilkie, seorang psikolog dari University of Notre Dame, Amerika Serikat, meneliti bahwa cowok lebih cenderung dengan identitas maskulin mereka daripada perempuan dengan identitas femininnya.

2. Lebih terbuka dengan produk ramah lingkungan asal nggak mengancam identitas maskulinitasnya

2. Lebih terbuka dengan produk ramah lingkungan asal nggak mengancam identitas maskulinitasnya Oke aja sih sama produk ramah lingkungan, asal ... (news.stanford.edu)

Wilkie menjelaskan bahwa laki-laki umumnya akan lebih terbuka dengan produk ramah lingkungan jika itu tidak mengancam identitas maskulin mereka. 

Umumnya, laki-laki menggunakan lebih banyak sumber energi daripada perempuan. Tapi sayangnya, lebih sedikit sumber daya itu yang didaur ulang. Bener gak nih?

3. Beberapa produk ramah lingkungan masih dianggap "feminin"

3. Beberapa produk ramah lingkungan masih dianggap "feminin" Produk ramah lingkungan masih dianggap feminin (abc.net.au)

Dalam sebuah riset, Scientific American menggambarkan bagaimana seseorang menggunakan tas kanvas untuk menggantikan kantong plastik. Hasil menarik ... semakin positif perilaku mereka terhadap lingkungan, semakin feminin pula hal yang dirasakan peserta.

4. Strategi kegiatan amal ramah lingkungan akhirnya mengikuti stereotip yang berkembang di masyarakat

4. Strategi kegiatan amal ramah lingkungan akhirnya mengikuti stereotip yang berkembang di masyarakat Stereotip yang berkembang belum berhasil mengubah cara pandang nih (bbc.com)

Berdasarkan stereotip yang berkembang di masyarakat tadi, strategi kegiatan amal ramah lingkungan akhirnya banyak berpusat pada segala hal yang feminin.

Misalnya, kegiatan amal yang menampakkan logo pohon hijau mungkin hanya akan menarik di mata perempuan saja. Sementara cara laki-laki menjaga lingkungan mungkin ditunjukkan jika kegiatan itu berlogo serigala melolong ke arah bulan dengan misi penyelamatan hutan rimba.

5. Strategi itu dilakukan perusahaan demi memasarkan produk-produknya

5. Strategi itu dilakukan perusahaan demi memasarkan produk-produknya Produk yang dipasarkan pun mengikuti stereotip yang berkembang pula (medicalnewstoday.com)

Perubahan-perubahan dalam strategi itu menyusun pula strategi pemasaran yang dianut oleh beberapa perusahaan besar dunia. Strategi itu digunakan untuk menjual produk-produk ramah lingkungan mereka.

Jika dulu menjaga penampilan terlihat sebagai yang feminin, kini strategi pemasaran itu dibuat agar lebih maskulin. Salah satunya adalah dengan menawarkan minuman ringan bertuliskan "diet" yang terlihat feminin menjadi "0 calories" (nol kalori).

Berdasarkan riset tersebut, sudah sewajibnya bagi kita untuk mengesampingkan stereotipe ini. Lingkungan adalah milik kita, entah laki-laki atau perempuan sekali pun.

Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"