Palestina mencatat Senin, 14 Mei 2018 kemarin sebagai hari yang paling berdarah di Gaza. Sebabnya, pasukan Israel telah menewaskan sebanyak 52 orang serta sebanyak 2.410 lainnya mengalami luka-luka dalam sebuah bentrokan.
Menurut militer Israel, aksi protes yang terjadi kemarin dihadiri sekitar 40 ribu warga Palestina yang menempati 13 lokasi. Aksi protes itu adalah untuk menentang pembukaan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem.
Sebagian demonstran melemparkan batu dan berupaya menerobos pagar setelah mereka berkumpul di wilayah dekat perbatasan. Militer Israel merespons aksi itu dengan menyiapkan penembak jitu. Bentrokan tak terhindar lagi dan korban tewas pun mencakup 8 anak di bawah usia 16 tahun.
Selama beberapa pekan terakhir, sejak 30 Maret lalu, aksi protes dan bentrokan massa dengan militer Israel telah menewaskan sekitar 109 warga Palestina. Sedangkan warga Israel tak satupun yang tewas dan dunia mengkritik penggunaan senjata api untuk menghadapi aksi-aksi dari warga Palestina.
Dalam kondisi ini, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan masa berkabung selama tiga hari. Sedangkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan setiap negara wajib melindungi wilayah perbatasannya.
Di lain pihak, Pasukan Pertahanan israel (IDF) mengatakan barikadenya dikerahkan untuk menembaki orang yang kegiatannya menjurus pada aksi terorisme, bukan kepada demonstran. Massa dibubarkan dengan gas air mata dan tindakan lain sesuai aturan.