11 Negara Ini Nyatakan Larang Terbang Boeing 737 MAX 8

Maskapai penerbangan Ethiopian Airlines jatuh pada hari Minggu, 10 Maret 2019 lalu. 

Pesawat dengan nomor penerbangan ET 302 tersebut jatuh 6 menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Bole Addis Ababa menuju Nairobi, Kenya.

Akibat kecelakaan itu, sebanyak 149 dan 8 awaknya tewas seketika. Penumpang yang tewas dipastikan berasal dari sedikitnya 35 negara. Seorang WNI di antaranya pun masuk dalam daftar korban tewas kecelakaan itu.

Jatuhnya Ethiopian Airlines pun menjadi sorotan dunia lantaran ini adalah kali kedua pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 jatuh dalam waktu kurang dari dua tahun. Pesawat nahas itu jatuh di Bishoftu, 60 kilometer tenggar ibu kota Addis Ababa.

Sebelumnya, pesawat dengan jenis yang sama milik maskapai penerbangan Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Oktober lalu.

Kini, kasus jatuhnya dua pesawat Boeing 737 MAX 8 berbuntut panjang. Sejumlah negara kompak terbitkan larangan terbang untuk maskapai dengan jenis pesawat tersebut.

Sedikitnya 11 negara telah memutuskan untuk mengandangi pesawat tersebut. Dilansir dari Kompas.com, ini dia daftar negara yang melarang menerbangkan pesawat Boeing 737 MAX 8.

1. Singapura

Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) mengumumkan pelarangan adanya Boeing 737 MAX 8 di wilayah udaranya. CAAS menjelaskan bahwa untuk sementara, mereka menangguhkan keberadaan pesawat Boeing 737 MAX 8 baik yang masuk maupun keluar dari zona udara Singapura.

2. Cina

Beijing memerintahkan agar penerbangan domestik tidak lagi menggunakan 737 MAX 8 setelah insiden Ethiopian Airlines dan Lion Air. Badan Penerbangan Sipil Cina menegaskan model pesawat itu boleh terbang setelah pemeriksaan dilakukan dan memastikan keamanannya.

Cina sendiri merupakan pangsa pasar penting bagi Boeing yang berbasis di AS karena menyumbang seperlima penjualan pesawat jenis tersebut.

3. Indonesia

Kementerian Perhubungan mengumumkan bahwa 11 pesawat Boeing 737 MAX 8 akan diperiksa pada Selasa minggu ini. Polana B Pramesti, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub mengatakan bahwa tipe pesawat tersebut tidak akan mengudara hingga regulator memastikan mereka layak terbang.