Pengembangan teknologi militer kadang memakan korban jiwa. Seperti yang terdadi di Rusia ketika sebuah roket dilaporkan meledak. Perusahaan pengembang teknologi atom negara Rosatom melaporkan bahwa lima orang meninggal sedangkan 3 orang lainnya terluka karena ledakan ini.
Ledakan ini terjadi saat para peneliti di fasilitas tersebut menguji sumber daya isotop untuk sistem propulsi cair roket. Selain memakan korban, level radiasi di di sekitar fasilitas tersebut meningkat dua puluh kali lipat selama 30 menit.
Tidak ada pernyataan lanjutan terkait peralatan dan perangkat keras lain yang terkena ledakan ini. Tetapi New York Times menyebutkan bahwa peristiwa ini bisa berhubungan dengan usaha Rusia membuat senjata baru.
Presiden Rusia sendiri pernah menyebutkan bahwa negaranya sedang membangun rudal jelajah baru bertenaga nuklir. Rudal yang kemungkinan bernama Burevestnik atau Petrel ini akan memiliki jangkauan efektif yang tak terbatas.
Jika memang sumber ledakan adalah roket tersebut, maka Rusia bisa dikatakan mengalami kemunduruan yang hebat sekarang. Pasalnya beberapa waktu ini, uji coba dan pengembangan teknologi militer mereka sedang tertunda dan bermasalah.
Salah satunya adalah pengembangan teknologi senjata hypersonic yang direncanakan siap di tahun 2019. Namun kenyataannya harus ditunda untuk waktu yang sangat panjang karena mereka kekurangan material dan tingginya biaya.
Bagaimanapun itu, upaya pengembangan teknologi militer di Rusia tidak akan berhenti. Mereka tetap bertekad untuk memiliki keunggulan atas rival seperti Amerika Serikat dan Eropa. Tetapi apakah tragedi-teagedi yang melayangkan nyawa orang seperti ini akan terus berulang?