Perusahaan transportasi daring merupakan salah satu bisnis yang berkembang pesat di dunia. Salah satunya tentu di Asia Tenggara. Penyebabnya tak lain karena sistem transportasi di Asia Tenggara yang belum memenuhi kemangkusan permintaan 960 juta penduduknya.
Uber Technologies Incorporation adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang transportasi daring. Perusahaan yang berkantor pusat di San Francisco ini berdiri sejak tahun 2009. Sejauh ini mereka beroperasi di 633 kota seluruh dunia.
Dengan potensi sebesar ini, Uber dikabarkan menjual operasinya di Asia Tenggara kepada salah satu kompetitor transportasi daring yaitu Grab Company. Kesepakatan ini muncul kepermukaan pada Senin pagi 26 Maret 2018 waktu Singapura.
Uber dikabarkan akan tetap mendapatkan 27,5 persen dari keuntungan aset mereka di Asia Tenggara. Begitu pula CEO Uber akan bergabung dengan perusahaan Grab yang berkantor pusat di Singapura. Layanan Uber yang akan diambil alih adalah kendaraan Uber dan UberEats.
Akuisisi ini merupakan kemenangan Grab dan juga SoftBank Group Corp., pemilik shareholder terbesar Grab. Perusahaan milik Mayoshi Son ini memang mendorong untuk mengurangi kompetisi layanan transportasi daring diAsia Tenggara.
Jika melihat konteks Indonesia, maka hanya akan ada dua perusahaan yang berkompetisi. Yaitu Grab dan Gojek. Lantas bagaimana prospek bisnis mereka yang diprediksi mencapai 20.1 juta dollar di tahun 2025?