Kenalan dengan Jensen Huang, Pria Kaya Rp 1.000 Triliun yang Dulunya Tukang Cuci Piring

Kenalan dengan Jensen Huang, Pria Kaya Rp 1.000 Triliun yang Dulunya Tukang Cuci Piring

Jensen Huang merupakan pemilik perusahaan Nvidia, raksasa chip yang sedang naik daun. Saat ini, Chip miliknya tengah banyak digunakan oleh berbagai perusahaan teknologi di dunia. 

Jensen datang dari keluarga berada. Ia lahir di Taiwan pada tahun 1963. Saat usianya masih 5 tahun, dirinya pindah ke Thailand. Lalu di usia ke 9, ia pindah ke Tacoma, AS, tinggal bersama pamannya sebelum orangtuanya menyusul.

Ayahnya menyukai Amerika. "Ayahku berkeinginan untuk membesarkan kami di negara yang luar biasa ini," kata Jensen, dikutip detikINET dari NY Post, Rabu (24/4/2024).

Sosok Jensen Huang (via cnn)

Jensen sekolah di sekolah bergengsi Oneida Baptist Institute. Lalu saat lulus, pekerjaan pertamanya adalah menjadi tukang cuci piring di restoran Denny's ketika ia masih berusia 15 tahun.

"Ini adalah pilihan karir yang bagus. Aku sangat merekomendasikan setiap orang memulai pekerjaan pertama di bisnis restoran, itu mengajarkan kerendahan hati dan kerja keras. Aku mungkin adalah pencuci piring terbaik Denny's," katanya.

Jensen memutuskan kuliah di Oregon State University karena biayanya yang rendah. Lalu ia menikah dengan seorang mahasiswi teknik elektro, Lori Mills.

Dirinya mulai bekerja di perusahaan chip usai lulus dan menghabiskan 8 tahun paruh waktu untuk menempuh gelar master di Stanford.

Lalu di tahun 1999, ia dan kedua temannya, Chris Malachowsky dan Curtis Priem membangun Nvidia dengan modal USD 40 ribu. Kala itu, chip mereka cukup sukses.

Di tahun 2014, Jensen mengemukakan ambisinya untuk menciptakan chip AI. Dan saat era AI ini terjadi, perusahaannya benar-benar mendapatkan keuntungan besar karena laku di pasaran. 

Jensen yang memiliki 3,5% saham Nvidia, saat ini menurut Forbes kekayaannya tembus USD 70 miliar atau lebih dari Rp 1.100 triliun.

Berbicara mengenai sukses, menurut Jensen orang harus merasakan penderitaan. "Kupikir salah satu keuntungan terbesarku adalah ekspektasi rendah. Kebanyakan lulusan Stanford punya ekspektasi sangat tinggi," katanya dalam pidato di Stanford.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"