Pabrikan drone DJI telah mengumumkan bahwa mereka memperbarui sistem geofencing yang digunakannya di Eropa untuk mencegah pilot drone menerbangkan pesawat tak berawak di tempat-tempat yang bukan milik mereka. Sistem Geospatial Environment Online (GEO) 2.0 yang diperbarui akan diperkenalkan di 19 negara Eropa dan diperkirakan akan diluncurkan pada bulan ini.
Menurut DJI, sistem GEO 2.0 menciptakan batas yang lebih kuat di sekitar bandara untuk menjaga drone agar tidak menganggu penerbangan. Sistem tersebut akan memberi tahu pemilik drone jika telah mencapai jarak 3/4 mil dari batas mil di sekitar landasan pacu. Selain itu sistem juga akan memagari jalur penerbangan di ujung landasan di mana pesawat lepas landas dan mendarat.
Batas-batas geofenced didasarkan pada rekomendasi dari standar Organisasi Sipil Internasional untuk keselamatan wilayah udara. DJI juga mengatakan berkonsultasi dengan organisasi penerbangan untuk menentukan cara terbaik untuk membatasi akses di sekitar bandara. Keberadaan drone yang juga melintas di udara bisa menjadi ancaman bagi penerbangan pesawat yang mengangkut penumpang.
Keputusan DJI untuk memperbarui sistem geofencing-nya dan menambahkan batas-batas yang lebih jelas di sekitar bandara terjadi setelah penampakan drone di bandara Gatwick London mengakibatkan beberapa hari penerbangan dibatalkan. Insiden itu, yang terjadi antara 19 dan 21 Desember, membuat lebih dari 1.000 penerbangan dan menyebabkan lebih dari 140.000 penumpang harus mengubah rencana perjalanan liburan mereka. Bandara sejak itu membawa masalah tersebut ke dalam kepemilikan dan sistem pembelian anti-drone untuk menangani insiden di masa depan.