Co-Founder Telegram Janji Akan Amankan Data Pengguna Ukraina dari Rusia

Co-Founder Telegram Janji Akan Amankan Data Pengguna Ukraina dari Rusia
Pavel Durov ketika berkunjung ke Indonesia (tekno.tempo.co)

Moxie Marlinspike, yang mengembangkan enkripsi yang digunakan oleh platform saingan Signal dan WhatsApp, mentweet banyak pengguna yang mengira Telegram adalah aplikasi terenkripsi. Ia menjelaskan bahwa Telegram secara default adalah basis data cloud dengan salinan teks biasa dari setiap pesan yang pernah dikirim/diterima semua orang.

Tweet Moxie Marlinspike soal keamanan Telegram (tekno.kompas.com)

Telegram menjaga semua yang tersimpan di cloud-nya dienkripsi dengan aman, namun sementara semua datanya dilindungi, hanya beberapa fiturnya yang menggunakan enkripsi dari ujung ke ujung.

Apa yang disebut Obrolan Rahasia, panggilan suara, dan panggilan video dienkripsi dari ujung-ke-ujung di Telegram sehingga tidak dapat dibaca oleh perusahaan.

Tetapi secara teori perusahaan dapat mengakses konten terenkripsi lainnya yang disimpan di server Telegram.

Dan ada kekhawatiran itu bisa dipaksa untuk berbagi data pengguna dengan Rusia.

# Komitmen Telegram untuk Menjaga Keamanan Data Pengguna

Tetapi pada hari Senin, 7 Maret 2022 kemarin pendirinya menulis perusahaan berkomitmen untuk melindungi data pengguna dengan biaya berapa pun.

Dalam posting tersebut, Durov menekankan bahwa ia memiliki darah Ukraina, dari pihak ibunya. "Konflik tragis bersifat pribadi bagi saya dan Telegram".

"Beberapa orang bertanya-tanya apakah Telegram entah bagaimana kurang aman untuk Ukraina, karena saya pernah tinggal di Rusia," tulisnya.

"Biarkan saya memberi tahu orang-orang ini bagaimana karier saya di Rusia berakhir."

Sembilan tahun lalu, dia pernah menjadi kepala eksekutif VK, sebuah jejaring sosial yang populer di Rusia dan Ukraina, tulis Durov.

"Pada 2013, badan keamanan Rusia, FSB, menuntut agar saya memberi mereka data pribadi pengguna VK Ukraina yang memprotes presiden pro-Rusia," katanya.

"Saya menolak untuk memenuhi tuntutan ini, karena itu berarti pengkhianatan terhadap pengguna Ukraina kami.

"Setelah itu, saya dipecat dari perusahaan yang saya dirikan dan terpaksa meninggalkan Rusia."

Akibatnya, dia kehilangan perusahaan dan rumahnya. Tetapi dia tak putus asa, ia kemudian memulai lagi dari nol.

"Saya tersenyum bangga ketika saya membaca postingan VK saya dari April 2014, yang menunjukkan perintah yang dipindai dari FSB dan tanggapan merek dagang saya kepada mereka," tulis Durov.

Tahun lalu, Telegram, yang berbasis di Dubai, mencapai satu miliar unduhan.

# Jatuh Bangun Telegram

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, telah menggunakan aplikasi tersebut, yang merupakan rumah bagi banyak saluran resmi pemerintah Ukraina.

Telegram dilarang di Rusia pada 2018, setelah sebelumnya Durov menolak untuk memberikan data pengguna.

Namun larangan itu dibatalkan pada tahun 2021.

Dan sejak invasi ke Ukraina, beberapa saluran berbahasa Rusia telah melihat peningkatan pemirsa.

Jordan Wildon, seorang analis di Logically yang menganalisis disinformasi, mengatakan saluran berbahasa Rusia yang dipantaunya di Telegram telah memperoleh 2,7 juta pengikut sejak 24 Februari 2022.

"Sekitar 800.000 di antaranya dalam seminggu terakhir. Kami melihat peningkatan paling signifikan antara 24 dan 28" katanya.

Pada 4 Maret 2022, menyusul sanksi dan tindakan serupa oleh jejaring sosial besar, Telegram memblokir media yang didukung pemerintah Rusia dari platformnya di UE.

Wah, semakin banyak perusahaan besar yang memblokir layanan dan penjualan produk mereka di Rusia nih. Very well done!



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"