Ramai Dihujat Serakah, Baim Wong Bongkar Alasan Sebenarnya Daftarkan Citayam Fashion Week Sebagai Merek Ke HAKI

Ramai Dihujat Serakah, Baim Wong Bongkar Alasan Sebenarnya Daftarkan Citayam Fashion Week Sebagai Merek Ke HAKI

Baim Wong  mendadak banjir hujatan setelah perusahaan miliknya yakni PT. Tiger Wong Entertainment ketahuan mendaftarkan Citayam Fashion Week  ke Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Pendaftaran itu sendiri tercatat disitus Pangkalan Data Kekayaan Intelektual (PDKI).

Kejadian ini sempat membuat nama Baim Wong trending di Twitter. Namun, sikap Baim justru dianggap sebagai perilaku serakah. Bahkan, Ernest Prakasa melalui akun Twitternya ikut memberikan sindiran tajam dan menilai perilaku tersebut tidak tahu malu.

“Daftarin OPEN MIC ke HAKI. Daftarin ROASTING ke HAKI. Daftarin CITAYAM FASHION WEEK ke HAKI. Serakah banget jadi manusia. HAKI itu H-nya adalah Hak. Kok bisa-bisanya merasa berhak atas sesuatu yang bukan ciptaan mereka sendiri. Gak tau malu,” cuit Ernest Prakasa.

Baim Wong tampaknya mengetahui tentang ini. Melalui Instagramnya, artis 41 tahun itu akhirnya buka suara menjelaskan alasan sebenarnya mendaftarkan Citayam Fashion Week sebagai merek. Baim mengatakan dia hanya ingin menjadikan Citayam Fashion Week sebagai ajang dengan wadah yang legal.

Foto: Penjelasan Baim Wong (Instagram)

“Citayam Itu bukan milik saya. ini milik Indonesia. Saya hanyalah orang yg punya visi MENJADIKAN CITAYAM fashion week sbg AJANG yg mempunyai wadah yg legal gak musiman. Dan yg paling penting bisa memajukan fashion Indonesia di mata dunia,” ungkap Baim Wong.

Lebih lanjut, ayah dua orang anak ini mengaku tergerak melakukan hal ini karena istrinya, Paula Verhoeven. Dia menilai banyak orang yang sudah peduli pada fashion. Baim Wong merasa hal ini harus dibudayakan. Baim pun mengaku ini dilakukannya demi visi dan bukan berkaitan dengan keuntungan.

"Kebanggaan itu adalah achivement, dan itu hrs dibudidayakan. Dengan apa? Orang2 seperti kita yg harus membantu mereka. Bkn karena kepentingan bisa dapet berapa? Tp visinya itu mau dibawa sejauh apa? Dan sejauh apa kita percaya dengan tujuan itu?,” lanjutnya.

“Dan tujuan itu untuk kesejahteraan siapa? Dan apakah manfaatnya untuk orang banyak? Terlalu banyak resiko ketika kita mempunyai cita-cita atau tujuan yang besar. Karena membuat sesuatu menjadi besar pasti memerlukan biaya," jelas Baim Wong.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"