Setiap tahun, ribuan warga Korea Selatan yang kebanyakan pria paruh baya, meninggal dalam kondisi sendirian terpisah dari keluarga dan teman-teman mereka. Terkadang diperlukan waktu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu sebelum jenazah mereka ditemukan.
Fenomena ini merupakan bagian dari masalah kesepian dan isolasi yang sebenarnya juga terjadi di negara-negara maju lainnya.
Karena masalah tersebut, pemerintah kota Seoul mengumumkan minggu ini bahwa mereka akan menghabiskan 451,3 miliar won (setara 5 triliun Rupiah) selama lima tahun ke depan untuk “menciptakan kota di mana tidak ada seorang pun yang kesepian.”
Inisiatif baru mereka mencakup konselor kesepian yang tersedia di hotline 24/7, sebuah platform online untuk konseling serupa, serta langkah-langkah tindak lanjut termasuk kunjungan langsung dan konsultasi, menurut pemerintah metropolitan.
“Kesepian dan isolasi bukan hanya masalah individu, namun tugas yang harus diselesaikan bersama oleh masyarakat,” kata Wali Kota Seoul Oh Se-hoon dalam siaran persnya. Kota ini akan “memobilisasi seluruh kapasitas kota kami” untuk membantu orang-orang yang kesepian untuk pulih dan “kembali ke masyarakat,” tambahnya.
Jumlah kematian karena kesepian di Korea Selatan, termasuk orang yang meninggal sendirian di rumah atau di rumah sakit tanpa sanak keluarga yang bersedia mengambil jenazah mereka, telah meningkat dari 682 pada tahun 2011 menjadi 1.245 pada tahun 2015 menurut statistik pemerintah Korea Selatan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemkot Seoul kemudian memperkenalkan layanan psikologis yang diperluas dan ruang hijau; rencana makan bergizi untuk penduduk paruh baya dan lanjut usia; “sistem pencarian” khusus untuk mengidentifikasi warga terpencil yang membutuhkan bantuan; dan aktivitas yang mendorong orang untuk beraktivitas di luar ruangan dan berhubungan dengan orang lain, seperti berkebun, olah raga, klub buku, dan masih banyak lagi.