Misteri Kisah Nyi Roro Kidul dengan Jejak Tsunami Purba

Misteri Kisah Nyi Roro Kidul dengan Jejak Tsunami Purba
Kesultanan Senopati (travel.detik.com)

Panembahan Senopati adalah rakyat biasa alias bukan keturunan bangsawan. Ia diangkat oleh Hadiwijaya jadi anak. Itu yang membuatnya tak memiliki kekuatan politik.

Meskipun begitu Panembahan Senopati punya keinginan membentuk Kesultanan Mataram. Rencana dan keinginannya ini kemudian tercium oleh ayah angkatnya. Sang ayah kemudian menyiapkan pasukan untuk menggagalkan rencana tersebut. Hadiwijaya meminta bantuan juru kunci Gunung Merapi kala itu.

Gunung merapi kemudian meletus dan mengeluarkan gelombang besar. Letusan ini menghalangi pasukan Hadiwijaya untuk memburu Panembahan Senopati yang sedang bersemedi di pantai selatan.

Nyi Roro Kidul yang tinggal di keraton kidul pun merasa terganggu. Setelah tahu penyebab kekacauan tersebut. Ia meminta panembahan senopati menghentikan semedinya. Dari situlah hubungan asmara keduanya terjalin.

Alasan Peneliti LIPI Menelusuri Hubungan Jejak Bencana dengan Hubungan Percintaan Nyi Roro Kidul dan Hadiwijaya

Gambaran ketika gunung merapi meletus (yogya.inews.id)

Peristiwa alam yang terjadi dalam kisah itulah yang kemudian menjadi dasar LIPI untuk menelusuri jejak bencana di selatan Jawa. Eko Yulianto, Peneliti LIPI adalah yang meneliti hal tersebut. Penelitiannya diceritakan dalam sebuah video di kanal YouTube Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dengan judul ' THE UNTOLD STORY OF SOUTHERN SEA'.

Peneliti menemukan bahwa ada gempa bumi yang terjadi pada 5 Januari 1699 di Jawa. Data yang dimiliki Eko Yulianto, gempa tersebut kemungkinan besar berasal dari jalur subduksi di selatan jawa. 

"Dari situlah penelitian kita lanjutkan untuk menyisir selatan Jawa," kata Eko. 

Eko menjelaskan bahwa ada waktu-waktu yang singkron antara temuannya dengan kisah percintaan Nyi Roro Kidul dan Panembahan Senopati. Kejadian gelombang besar dan gunung meletus di Jawa diperkirakan terjadi sekitar 400 tahun lalu, dan memang benar-benar terjadi berdasarkan penelitian jejak bencana. 

Hal itu artinya cukup sesuai dengan kisah penyerangan kerajaan pajang terhadap Panembahan Senopati pada 1584 di mana kemudian panembahan senopati bertemu dengan Nyi Roro Kidul dan terjadilah peristiwa gunung meletus dan tsunami yang menyebabkan kerajaan pajang kalah. 

"Jangan-jangan (kisah panembahan senopati) ini adalah sebuah metafora. Bahwa gelombang besar itu terjadi benar, tetapi kemudian karena kebutuhan politik Panembahan Senopati yang ingin menjadi raja baru, sementara dia bukan berdarah biru, maka dia memiliki legitimasi politik untuk jadi raja baru. Dan ratu pantai selatan sampai meminta panembahan senopati untuk menghentikan semedinya, seolah-olah itu menegaskan di direstui untuk menjadi raja," kata Eko dalam video tersebut. 

"Nah jangan-jangan  kecerdasan politik panembahan senopati inilah yang kemudian ia dapat memanfaatkan peristiwa yang sebenarnya peristiwa alam, yang kemudian dibungkus oleh panembahan senapati bahwa gunung meletus dan gelombang besar itu adalah kerja dia dan kerja ayahnya untuk meminta tolong kepada ratu pantai selatan," kata Eko. (cc)



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"