"Dulu punya enam ekor sapi mas, sudah tak jual tiga untuk hidup sehari-hari dan kini tersisa tiga ekor saja," kata Musanam.
# Tak Memiliki Pekerejaan Setelah Jual Lahan Pertanian
Tak hanya Musanam. Mugi, perempuan berusia 59 tahun yang tinggal di kampung miliarder juga nyaris tak memiliki penghasilan setelah lahan pertaniannya yang seluas 2,4 hektare dijual ke PT Pertamina.
"Ya nyesel, dulu lahan saya ditanami jagung dan cabai setiap kali panen bisa menghasilkan Rp 40 juta, tapi sejak tak jual saya tidak ada penghasilan," ucap Mugi.
Mugi mengungkapkan, lahan pertaniannya dulu dijual Rp2,5 miliar lebih. Uang hasil penjualan tersebut kemudian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan sisanya ditabung.
Mugi saat itu sebetulnya tidak ingin menjual lahan pertaniannya, tetapi dirinya seringkali didatangi perwakilan dari pihak Pertamina saat berada di sawah.
"Setiap saya di kebun, saya didatangi dan dirayu-rayu mas, mau diberikan pekerjaan anak-anak saya pokoknya dijanjikan enak-enak, tapi sekarang mana enggak ada," ujar Mugi.
# Warga Unjuk Rasa Lantaran Kecewa dengan Janji Palsu PT Pertamina
Karena PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP)tak menepati janjinya untuk memberikan pekerjaan terhadap para warga yang telah menjual lahannya. Ratusan warga kemudian melakukan unjuk rasa.
Mereka menagih janji PT Pertamina GRR Tuban untuk memprioritaskan warga lokal pemilik lahan.
Anehnya, pihak perusahaan kini mensyaratkan usia maksimal 50 tahun untuk warga lokal, agar bisa direkrut bekerja.
Padahal, pada waktu pembebasan lahan, perusahaan tidak menyampaikan syarat tersebut.
Waahhh... Sedih juga ya, kok akhirnya jadi gini sih?