Dalam pelayaran perdananya, Titanic mengangkut lebih dari 2.200 orang, termasuk beberapa orang paling kaya dan terkenal di dunia. Kecelakaan kapal itu mengakibatkan kematian sekitar 1.500 orang. Salah satu penyebabnya karena jumlah sekoci yang sangat terbatas.
Tidak sampai 73 tahun kemudian, pada tahun 1985, bangkai kapal Titanic ditemukan. Ahli geologi kelautan Robert Ballard, bersama dengan Jean-Louis Michel dari Institute of Research for Exploitation of the Sea (IFREMER), menemukan sisa-sisa Titanic yang berjarak 350 mil di tenggara Newfoundland, 13.000 kaki di dasar laut.
Tahun berikutnya, Ballard kembali ke bangkai kapal, kali ini menyelam ke dasar kapal selam bernama Alvin dan mendapatkan rekaman foto kapal hantu tersebut. Ballard ditemani oleh Ralph Hollis, pilot Alvin, dan Mark Bowen, yang mengemudikan Jason, Jr., sebuah kapal selam robotik menjelajahi bagian dalam kapal.
Dua mil di bawah permukaan, para penjelajah menemukan, membeku dalam waktu, hiasan kehidupan di atas Titanic, termasuk tungku kayu bakar dan botol sampanye yang belum dibuka.
Gak ada satupun sisa-sisa manusia yang ditemukan. Seperti bahan lunak dan mudah rusak lainnya seperti kayu dan karpet, bagian tubuh manusia kemungkinan besar dimangsa oleh makhluk laut tidak lama setelah kapal tenggelam.
"Tidak ada cahaya pada kedalaman yang luar biasa tersebut dan sedikit kehidupan yang dapat ditemukan. Area tersebut adalah tempat yang tenang dan damai. Tempat yang pas untuk sisa-sisa tragedi laut terbesar. Selamanya mungkin tetap seperti itu." tutup Ballard.
Belum ada yang bisa memastikan, sampai kapan bangkai Titanic akan ada di tempat itu. Sebelum bisa diurai semuanya oleh biota dan mikroorganisme lautan.