Larangan penjualan rokok elektrik dengan cepat menjadi fenomena internasional. India segera memberlakukan larangan setelah muncul kasus kematian yang berhubungan dengan rokok elektrik di Amerika Serikat.
Langkah India tersebut segara diikuti pemerintah Tiongkok. Regulator tembakau negara tersebut telah meminta perusahaan yang memfasilitasi toko online untuk "sementara" menutup vendor yang kedapatan menjual rokok elektrik.
Karena sebagian besar jual beli barang secara online dikelola perusahaan seperti induk, secara efektif kebijakan ini seperti melarang penjualan rokok listrik di internet.
Pejabat yang menetapkan regulasi tersebut dalam sebuah berita yang dilansir dari Reuters, mengatakan kalau kebijakan ini adalah untuk melindungi "kesehatan fisik dan mental anak di bawah umur,". Sebuah argumen yang sama seperti yang kita dengar dari daratan Amerika Serikat.
Tidak disebukan kapan larangan ini akan berakhir, atau memang bakal berakhir nantinya. Dan kebijakan tersebut bukan pertama kalinya bagi pengecer di Tiongkok untuk menarik rokok elektrik dari pasaran. Pada bulan September lalu, rokok elektrik merek Juul menghilang dari rak penjualan hanya seminggu setelah mereka tersedia di Tiongkok.
Jika kebijakan ini berlangsung lama, tentu akan menjadi pukulan yang serius bagi pembuat rokok elektrik di Tiongkok. Pasalnya negara ini memiliki lebih dari 300 juta perokok dari berbagai jenis, dan itu dapat mengancam produsen dan toko online yang sangat bergantung pada penjualan rokok listrik.
Kebijakan ini mungkin juga akan merugikan China, dengan perusahaan negara China Tobacco yang mampu menghasilkan hampir enam persen dari pendapatan pajak negara. Meskipun tidak mengherankan bahwa Tiongkok akan bertindak.
Ada kekhawatiran di seluruh dunia bahwa perusahaan rokok elektrik menargetkan pasar remaja, dan laporan kesehatan tidak banyak mempengaruhi mereka. China mungkin bersedia mengorbankan sebagian dari uang pajak dari penjualan rokok elektrik jika akhirnya dapat mencekal pengguna remaja dan masalah kesehatan.