"Sampai sekarang memang masih ada mahasiswa yang datang kesini untuk menjual buku yang dulu mereka pakai saat penelitian skripsi," lanjutnya.
Ditanyakan mengenai kondisinya saat ini, Anton memang mengakui bahwa pandemi saat ini, juga semakin membuat toko buku miliknya bahkan jarang untuk dikunjungi oleh para pecinta literasi.
Hal ini diutarakannya, mengingat bahwa sebelum pandemi Covid-19, toko buku miliknya juga kerap dijadikan sebagai lokasi diskusi yang kerap digelar oleh Kelas Literasi Apaan (KLA), sebuah komunitas pecinta literasi yang datang dari berbagai profesi dan latar belakang di Batam.
"Sekarang kan juga tidak mungkin berkumpul dan diskusi seperti dulu. Walau memang sekarang sudah PPKM Level 3. Tapi tetap saja untuk sama-sama menjaga, kegiatan seperti itu ditiadakan dulu," paparnya.
Saat ini, Anton sendiri hanya juga menyampaikan harapannya mengenai pandemi Covid-19, yang seharusnya sudah dapat berakhir.
"Karena saya kangen berdiskusi kembali dengan teman-teman dari KLA," tutupnya.
Sementara itu, kurangnya kecintaan membaca buku fisik, juga diakui oleh salah satu mahasiswi yang ditemui saat akan menjual buku bekas yang sebelumnya dipakainya saat menyusun skripsi.
Satu hal yang membuat lebih menggandrungi smartphone dari pada buku fisik adalah akses, kemudahan dan nilai entertainment yang ada di dalam gadget itu sendiri yang jauh dari kata membosankan.
"Kalau membaca ya di HP dong, apa saja bisa dengan cepat kita dapatkan. Terus nggak akan bosan lagi. Sekejap mata bisa buka Youtube, baca status Facebook, Twitter dan apa yang lagi trending di Instagram," terang Nadia yang bersiap meninggalkan toko buku bekas Mang Anton setelah transaksi jual beli selesai dilakukan.
Hayo ngaku, siapa nih yang masih sering baca dan pergi ke toko buku?