Tahu Gak, Kenapa di Pesantren Banyak Terjadi Kasus Pemerkosaan?

Tahu Gak, Kenapa di Pesantren Banyak Terjadi Kasus Pemerkosaan?

Kasus pemerkosaan  yang cukup heboh di Indonesia justru terjadi di pesantren . Sebut saja kasus pemerkosaan yang dilakukan pemilik pesantren di Bandung, Jawa Barat yang tega menghamili para santriwati. Yang terbaru kasus dugaan pemerkosaan oleh anak pemilik pesantren di Jombang, Jawa Timur.

Lalu kenapa pesantren yang seharusnya jadi tempat santri dan santriwati belajar menuntut ilmu dan mendalami ibadah malah jadi tempat “maksiat”? Memang tidak semua pesantren yang di dalamnya terdapat kasus pemerkosaan. Adalah Kriminolog Haniva Hasna memberikan alasan kenapa pesantren sering jadi tempat pemerkosaan.

Memang kejahatan bisa terjadi dimana saja termasuk pesantren. “Namun ada beberapa alasan yang membuat pesantren menjadi tempat rentan kasus pemerkosaan atau pencabulan,” kata Haniva dilansir dari Liputan6.com.

Tahu Gak, Kenapa di Pesantren Banyak Terjadi Kasus Pemerkosaan (Detiknews)

Haniva menjelaskan bahwa para santri dan satriwati di pesantren kehilangan sentuhan atau pengawasan dari orangtua karena dituntut kemandiriannya untuk menjalani hidup. Belum lagi semua urusan selama di pesantren diurus oleh guru pembimbing atau pengelola pesantren itu.

“Perintah untuk tunduk dan patuh ini saja sudah membuat posisi anak menjadi powerless atau tidak memiliki kekuatan,” ujar Haniva. Biasanya tindak pidana pemerkosaan atau pencabulan dilakukan dengan proses ancaman lebih dulu, lalu pemaksaan, hingga menggunakan ilmu hitam agar para korban bisa takluk.

Selain itu juga karena kurangnya komunikasi antara orangtua dan anak, membuat para santri dan santriwati tidak bisa mengungkapkan perasaannya, emosinya, atau masalah yang sedang dijalani sehingga keadannya menjadi terancam. Sistem perlindungan dalam pesantren yang lemah juga membuat kasus itu seakan dibiarkan begitu saja.

 



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"