Kata bullying mungkin terdengar akrab di telinga kita sejak beberapa tahun terakhir. Sementara istilah perundungan sendiri bermakna sama, namun tergolong kurang familiar. Bullying atau perundungan tidak selalu harus melibatkan kekerasan fisik. Penindasan secara verbal atau sosial pun bisa dikategorikan sebagai bentuk bullying, sebab dampak merusaknya terhadap psikis korban tetap sama besarnya.
Sejatinya bullying memiliki bermacam-macam bentuk. Bahkan para pelaku bullying menggunakan berbagai cara yang berbeda-beda dalam mengendalikan korbannya. Bullying atau perundungan bisa terjadi kepada siapa saja dan dilakukan oleh siapa saja. Terkadang kasus bullying sendiri kurang disadari karena lekatnya dengan prinsip bercandaan.
Berikut beberapa kasus bullying yang sering terjadi, namun sering dianggap sebagai bercandaan semata dan terus-terusan dilakukan.
1. Bullying Victims
Kasus bullying seperti ini biasanya sering terjadi di lingkungan sekolah hingga di lingkungan kerja. Perasaan senioritas menjadi salah satu penyebab utamanya.
Rasa traumatis akibat pernah merasakan bullying sebelumnya biasanya kerap menjadi alasan pelaku untuk melakukan perundungan, menggertak, atau menunjukkan emosi negatif pada orang lain yang dianggap lebih lemah daripada mereka. Tujuan mereka biasanya adalah untuk melampiaskan dendam dan mendapatkan kembali rasa kekuasaan serta kontrol dalam hidup mereka.
Kasus bullying ini menjadi yang paling berbahaya, pasalnya jika tidak segera dihentikan, kasus seperti ini akan terus berlanjut dengan membalas dendam atas rasa sakit dan ketidakberdayaan yang mereka rasakan kepada yang lebih lemah.
2. Popular Bullies
Tipe bullying seperti ini biasanya terjadi karena pelaku memiliki ego dan rasa percaya diri yang besar. Hal ini juga dilakukan oleh seseorang yang populer dan memiliki banyak pengikut. Merasa paling jago, biasanya para pelaku bullying bertindak semena-mena terhadap individu lain yang dinilai lebih lemah keberadaannya.
Bentuk bullying yang biasa dilakukan yaitu suka merendahkan individu lain, memerintah, bahkan membuat aturan-aturan. Meski tidak bermain secara fisik, namun bentuk bullying ini justru sangat berbahaya terhadap kondisi mental korban.
3. Rellational Bullies
Hampir sama seperti di poin sebelumnya, jenis bullying ini juga umumnya terjadi di sekolah atau di tempat kerja. Pelaku bullying tipe ini biasanya adalah siswa atau karyawan yang cukup populer yang suka memutuskan siapa saja yang berhak diterima di kelompoknya dan siapa yang tidak. Mengecualikan, mengisolasi, dan mengasingkan orang lain adalah senjata yang paling umum digunakan oleh pelaku.
Bentuk bullying seperti ini biasanya dilakukan secara verbal atau emosional, misalnya dengan menyebarkan rumor, gosip, dan pemberian label pada korban bullying dengan maksud menunjukkan kontrol, status, dan popularitas mereka.