Akhirnya, Sofi mencoba membawa dukun tersebut untuk salat di Masjid Nabawi. Sesampainya di sana, dukun tersebut masih saja belum menyadari keberadaannya yang sedang di Madinah.
Saat ibadah tawaf sa’i pun, ia menggunakan kursi roda karena takut sang dukun menghilang kesasar. Setelah selesai tawaf di Mekkah, dukun juga belum menyadarinya. Ia cuma merasa sedang berkeliling di kota tempat tinggalnya menggunakan sepeda.
Sofi lalu mengajak dukun ini salat ashar di Masjidil Haram di depan Ka'bah.
"Di depan Ka'bah saya nasehatin tuh bapak mulai saat ini bapak berhenti bertaubat. Di depan mata bapak ini Ka'bah kiblat kita. Saya suruh berhenti peralatannya dibuang," kata Sofi AW.
Mendengar ucapan Sofi, sang dukun pun menjadi marah. Ia tak bersedia jika harus membuang seluruh peralatan dukunnya karena mengaku memakai Alquran.
Ketika makan malam bersama jamaah lain, Sofi mengatakan ke jamaah lain untuk membawa dukun itu salah di depan Ka’bah.
"Ditanya sama temannya gimana sudah melihat Ka'bah kan? Melihat Ka'bah gimana saya cuma ditunjukkan gambarnya saja," kata Sofi menirukan jawaban di dukun.
Dukun itu baru sadar berada di tanah suci saat melaksanakan tawaf wada tawaf pamitan.
"Waktu tawaf pamitan karena khawatir hilang saya pegang saya gandeng tangannya. Setelah selesai bapak ini bilang Alhamdulillah kita sampai juga di Kota suci Mekkah bisa umrah," ujar Sofi.