Paskalis, seorang anak kelahiran Papua, kembali ke kampung halamannya di Papua, setelah 10 tahun meninggalkan rumah.
Saking lamanya ia pergi, ia tak lagi mengenali ibunya ketika bertemu kembali usai sekolah dan merantau ke Merauke.
Ia merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Pada tahun 2016, Ayahnya telah meninggal ketika Paskalis masih SMP. Sejak saat itulah ia jadi tulang punggung keluarga.
Keterbatasan dan kesulitan di masa kecil tidak menyurutkan semangatnya. Ia berjuang keras untuk bekerja dan belajar setinggi-tingginya demi mensejahterahkan keluarganya.
Dari bekerja mengangkat batu, pasir dari sebuah sungai usai sekolah. Sampai mengajar Bahasa Inggris murid SD sekitar 1,5 tahun.
Ketika SMK, seorang kakak asuh membantu membayar sekolah Paskalis karena kondisinya yang serba kurang. Namun kemudian, ia bisa membiayai sekolahnya sendiri, bahkan sampai lulus.
# Perjuangannya Menyelesaikan Kuliah S1
Usai lulus SMK, Paskalis berniat melanjutkan kuliah. Tapi orangtuanya tidak mengizinkan.
Paskalis tidak patah semangat. Di tahun 2011, ia memutuskan merantau dan kuliah di Merauke. Jurusan Bahasa Inggris .
Saat itu ia mendapat beasiswa Bidikmisi. Beasiswa ini memang ditujukan untuk pelajar yang tidak mampu tapi nilai akademiknya bagus.
Ketika kuliah pun Paskalis harus menempuh 2 jam perjalanan dengan berjalan kaki untuk ke kampus. Sebab ia tinggal di Pastoran Katolik di Merauke yang jaraknya cukup jauh dari kampus.
Karena sang dosen kasihan melihat Paskalis harus menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki. Ia lalu menawari Paskalis untuk tinggal di sebuah gudang di SMA N 3 Merauke.