Kamu pasti udah nggak kaget sama promo nama Agus di beberapa rumah makan saat hari kemerdekaan datang. Iklan dan promo rumah makan dalam memberikan makan gratis bagi pemilik nama Agus ini emang udah bukan rahasia umum lagi. Bahkan sampai-sampai ada paguyuban nama Agus.
Nggak cuma di Indonesia, di Taiwan juga ada lho promo makan gratis pada memilik nama tertentu. Bahkan orang rela mengganti namanya biar bisa makan gratis. Seperti yang sedang viral belakangan ini.
Baru-baru ini pemerintah Taiwan dibuat repot gara-gara ratusan anak muda menyerbu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil karena ingin mengganti namanya menjadi salmon.
Ternyata hal itu dilakukan oleh para muda-mudi akibat terbujuk iklan dari sebuah restoran sushi.
Fenomena yang dijuluki "Salmon Chaos" itu bermula dari 150 anak muda yang berbondong-bondong menuju kantor dukcapil setempat untuk mengubah nama mereka.
Pemerintah Taiwan memang mengizinkan seseorang untuk mengubah namanya hingga tiga kali. Namun, alasan yang disampaikan para pemohon juru membuat kesal Wakil Menteri dalam Negeri Taiwan, Chen Tsung-yen.
"Perubahan nama semacam ini tidak hanya membuang waktu tetapi juga menyebabkan dokumen yang tidak perlu," kata Chen kepada wartawan, dilansir dari AFP, Kamis (18/3/2021) lalu.
"Saya berharap semua orang bisa lebih rasional tentang itu, menghargai sumber daya administratif," tambahnya.
Penyebab ratusan penduduk yang ingin ganti nama secara mendadak itu diduga karena rayuan iklan dari sebuah restoran sushi.
Dalam iklan itu disebutkan calon konsumen bisa berhak mendapat hidangan sushi dan makan sepuasnya dengan mengajak 5 orang asalkan nama mereka yang tertera di kartu tanda penduduk bernama "Gui Yu", yakni bahasa Mandarin untuk ikan salmon.
Beberapa media massa Taiwan sempat bertanya kepada orang-orang yang sudah mengubah namanya demi mendapatkan menu sesuai iklan restoran sushi itu.
"Saya baru saja mengganti nama saya pagi ini untuk menambahkan karakter 'Bao Cheng Gui Yu' dan kami sudah makan lebih dari TW$ 7.000 atau sekitar Rp3 juta," kata seorang mahasiswa bermarga Ma kepada stasiun televisi TVBS di kota Kaohsiung.