Menurut ramalan dari Sabdo Palon Noyo Genggong, disebutkan bahwa fenomena matahari ini bakal berlangsung dari 7 hingga 40 hari. Efeknya adalah suhu permukaan bumi bakal menurun dan tumbuhan menjadi sulit untuk tumbuh.
Selain itu, manusia juga bakal sulit untuk mendapatkan bahan makanan karena tumbuhan yang gak berkembang.
Andi juga menjelaskan kalo fenomena ini sebenarnya udah sering terjadi di musim hujan. Sebab, di musim hujan awan bakal lebih banyak menutupi langit. Selain itu, apabla ada fenomena gunung yang meletus, maka hal ini bisa membuat penguapan terjadi dengan tinggi dan awan jadi lebih gampang terbentuk.
Emang sih, beberapa lokasi di Indonesia beberapa hari lalu cenderung gelap alias mendung. Karena kita memang lagi berada di musim kemarau sehingga kalo dikaitkan dengan kondisi surya pethak, bisa jadi gak pas. Yang dimaksud surya pethak disini adalah kondisi kabut awan yang benar-benar menutupi langit bumi sehingga matahari gak kelihatan.
Menariknya lagi, surya pethak ini emang pernah terjadi yaitu sekitar di tahun 1645 hingga 1715. Kala itu, dunia bahkan sempat mengalami ‘zaman es kecil’.
Nah, kalo menurut Andi, fenomena ini kemungkinan besar bakal terjadi lagi dalam waktu dekat. Walau begitu, seandainya ada bencana yang ekstrem seperti gunung berapi meletus dan mengeluarkan banyak abu, sampai-sampai membuat sirkulasi air laut jadi gak keprediksi, kemungkinan fenomena yang mirip surya pethak bisa beneran terjadi.