Prancis Tetapkan Peraturan Soal Larangan Wanita Menggunakan Abaya, Siswi Muslim Langsung Dipulangkan dari Sekolah

Prancis Tetapkan Peraturan Soal Larangan Wanita Menggunakan Abaya, Siswi Muslim Langsung Dipulangkan dari Sekolah

Negara Prancis mulai saat ini menetapkan peraturan yang melarang warganya mengenakan pakaian Abaya. Hal ini pun membuat banyak siswi Muslim yang dipulangkan dari sekolah mereka.

Presiden Prancis sendiri, Emmanuel Macron, mengatakan jika pihaknya tidak akan ada kompromi kepada sekolah-sekolah soal peraturannya itu. 

Sedangkan larangan pemakaian abaya oleh para siswi Muslim di sekolah Prancis bakal diterapkan di tahun ajaran mendatang.

Menurut laman CNN, larangan yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Prancis ini merupakan langkah baru soal pembatasan kontroversial di Prancis mengenai pakaian para warga Muslim. 

Ilustrasi wanita memakai abaya (via kompas)

Dan jelas saja, peraturan ini mendapatkan banyak kritikan keras, termasuk Daniele Obono yang menyebutnya sebagai 'kampanye Islamofobia terbaru'.

Sekolah-sekolah di Prancis pun memulangkan puluhan siswi Muslim karena menolak melepas abaya mereka di hari pertama tahun ajaran baru pada Senin (4/9).

Melalui sebuah wawancara dengan BFMTV, Menteri Pendidikan Prancis Gabriel Attal mengatakan ada 298 siswi yang menggunakan abaya. Banyak dari mereka yang setuju untuk berganti pakaian, namun ada 67 yang menolak sehingga dipulangkan ke rumah.

"Dalam beberapa hari ke depan mereka akan kembali karena harus bersekolah, kita lihat apakah mereka sudah mematuhi aturan atau belum, kalau tidak akan ada dialog baru," ujarnya dalam wawancara tersebut.

Macron kembali mempertegas keputusan pemerintah Prancis dalam melarang abaya di sekolah-sekolah. Dia menegaskan kembali bahwa 'simbol-simbol agama apa pun tidak memiliki tempat' di sekolah-sekolah Prancis di bawah prinsip 'laicite' yang berlaku di negara tersebut, yang secara kasar diterjemahkan sebagai 'sekularisme'.

"Sekolah-sekolah di negara kita bersifat sekuler, gratis dan wajib. Tapi itu sekuler. Karena kondisi inilah yang memungkinkan adanya kewarganegaraan dan oleh karena itu simbol-simbol agama apa pun tidak mempunyai tempat di dalamnya. Dan kami akan dengan gigih mempertahankan sekularisme ini," tegas Macron.

"Dan di sekolah menengah atau perguruan tinggi yang paling sensitif, staf khusus akan dikirimkan bersama kepala sekolah dan para guru untuk mendukung mereka dan untuk terlibat dalam dialog yang diperlukan dengan keluarga dan para siswa. Tapi kami tidak akan membiarkan apa pun lolos," imbuhnya lagi.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"