Pandemi Belum Usai, Puncak Gelombang Pertama Covid-19 Indonesia Diprediksi Akhir Juni Mendatang, Ini Kata Epidemiolog

Pandemi Belum Usai, Puncak Gelombang Pertama Covid-19 Indonesia Diprediksi Akhir Juni Mendatang, Ini Kata Epidemiolog

Indonesia sudah menghadapi gelombang pertama virus Covid-19 terhitung sejak awal Maret 2020 lalu. Setahun berlalu, bahkan lebih kasus Covid-19 masih terus ada. Jumlahnya pun kian meningkat.

Lonjakan kasus Covid-19 tersebut membuat tingkat hunian rumah sakit di sejumlah daerah turut meningkat dan nyaris kewalahan.

Sejurus dengan hal tersebut, Epidemiolog menyebut situasi pandemi di Indonesia saat ini semakin serius.

Sejak awal 2021, lonjakan kasus ini bahkan telah diprediksi akan terjadi antara Maret-Juni 2021 ini.

Kapan puncak gelombang pertama Covid-19?

Para Tenaga Kesehatan sedang Merawat Pasien Covid-19 (KlikDokter)

Dicky Budiman, Pakar Epidemiologi dari Griffith University menyebut ini menjadi indikator bahwa situasi pandemi di Tanah Air memang semakin serius.

"Dari indikator ini sudah bisa kita simpulkan bahwa memang ada potensi semakin seriusnya situasi, tentu dengan tingkat positifity rate yang juga tinggi," ujar Dicky, Selasa (15/6/2021).

Dalam penjelasannya, ia bahkan menyebut telah memprediksi sejak Januari lalu bahwa lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia akan terjadi antara Maret-Juni 2021 mendatang.

"Ledakan kasus dalam 3-6 bulan ke depan yang diprediksi sejak Januari, saya sudah ingatkan, karena Indonesia ini akan mencapai puncaknya. Gelombang pertama ya tidak akan terus menerus lama begitu, karena akan ada titik jenuh," sebut Dicky.

Apa yang terjadi saat ini, dikatakan Dicky, telah menunjukkan bahwa semakin mendekati titik jenuh.

"Ini sudah mendekati titik jenuh dan akhir Juni ini kita akan mengalami akumulasi dari serangkaian banyak proses-proses penularan, klaster-klaster yang mayoritas tidak terselesaikan di Indonesia ini. Kita harus benar-benar menyadari bahwa situasi sudah serius," tegas dia.

Lalu, Upaya apa yang bisa dilakukan?

Untuk menanganinya, ada sejumlah hal yang menurut Dicky penting dilakukan, yakni:

1. Meningkatkan upaya surveilans atau 3T (testing, tracing, dan treatment)

"Langkah yang harus dilakukan, tingkatkan dulu 3T-nya, karena hanya 3 wilayah di Indonesia yang menurut WHO memenuhi standar global dalam standar minimal testing yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Sumatera Barat," sebut dia.

Dicky menggarisbawahi, saat ini kasus yang ada di masyarakat sudah begitu tinggi, sementara data kasus yang ada saat ini hanyalah "puncak gunung es".

Oleh karena itu, jika ada daerah yang berhasil menemukan banyak kasus, jangan dianggap buruk. Justru daerah itu serius dalam penanganan kasus-kasus di masyarakatnya.

"Kalau ada daerah, mana pun itu tidak hanya Jakarta, menemukan kasus banyak, itu adalah artinya satu upaya yang sudah tepat dilakukan. Mungkin kalau ada daerah melaporkan sedikit (kasus) itu artinya dia tidak serius dalam melakukan respons terhadap pandemi, dan itu berarti pengabaian terhadap kesehatan masyarakat," ungkap Dicky lebih lanjut.

Dengan kasus yang semakin banyak ditemukan, diharapkan penanganan lebih lanjut dapat diberikan seperti isolasi atau karantina sehingga mencegah terjadinya penularan lebih lanjut atau keparahan infeksi.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"