Joko Widodo memiliki huruf 'o' yang lebih banyak dari rivalnya, Prabowo Subianto.
"Saya contohkan Pak Soekarno, dia lama memimpin Indonesia. Lalu Pak Soeharto, beliau juga sama. Kemudian pak Susilo Bambang Yudhoyono, huruf 'o'=nya banyak. Waktu jadi presiden juga lama," kata Kiai Qusyairi.
Sebaliknya, presiden yang tidak memiliki huruf 'o' pada namanya memimpin dalam usia kepemimpinan yang relatif pendek.
"Ini menunjukkan bahwa presiden Indonesia yang identik dengan huruf 'o' biasanya lama memimpin," simpulnya.
Mitos ini ternyata juga udah banyak diketahui para tokoh bangsa. Dalam sebuah pernyataan, Prabowo Subianto pernah ngelawak soal mitos huruf 'o' ini saat HUT Partai Gerindra ke-10 tahun 2018 lalu.
Saat itu, Prabowo berseloroh saat menyapa satu per satu pengurus Partai Gerindra yang bisa menjadi presiden Indonesia berdasarkan nama yang berakhiran huruf 'o'.
"Wakil Ketua Umum, Ferry Julianto-no, memenuhi syarat jadi Presiden RI, karena ada 'o'-nya," kata Prabowo dan disambut tawa para kader Gerindra.
"Pak Fadli bisa juga (jadi presiden), tapi kalau tambah 'o' di belakangnya, jadi Fadli Zono," kata Prabowo.
Prabowo melanjutkan sapaannya kepada nama anggota Komisi I DPR dari Fraksi Gerindra, Asril Tanjung. "Anggota DPR RI, Asril Tanjung, nggak ada 'o'-nya, susah jadi presiden," katanya.