Limau bawaan yang dimaksud adalah asam limau purut atau asam biasa, yang sudah direndam dalam suatu wadah, bunga rampai dan daun-daunan pengharum, serta bedak beras.
Setelah semua berkumpul, bawaan limau tadi diarak dari masjid besar di Nagari menuju pinggir sungai sambil diiringi dengan alat musik talempong dan berbagai kesenian anak Nagari.
Berbeda dengan prosesi Limau di Pesisir Selatan Sumatera Barat, di Inderapura, prosesi Balimau disebut dengan Potang Balimau.
Ritual ini sangat meriah, karena berbagai lapisan masyarakat turut serta. Tidak hanya masyarakat setempat, namun ada pula undangan dari luar daerah yang ikut menyemarakkan ritual dalam islam ini.
Dalam acara Potang Balimau ini perwakilan dari keturunan kerajaan mengenakan pakaian kebesaran raja tempo dili lengkap dengan tombak jangguik tinggi. Kemudian perwakilan tadi diarak dengan diiringi talempong, rabana, dan puput khas kerajaan.