Apakah sulit bagimu untuk mengatakan tidak kepada orang lain? bahkan ketika kamu benar-benar ingin melakukannya? Apakah kamu sering, mengatakan ya untuk beberapa hal dan kemudian menyesalinya?
Kalo gitu, kamu gak sendirian kok gengs. Banyak orang dibesarkan dengan keyakinan bahwa tidak hanya mengatakan "ya" adalah hal yang benar untuk dilakukan, tetapi sering kali lebih mudah mengatakan "ya" daripada tidak.
Mengatakan "ya" memungkinkan bagi sebagian orang untuk menghindari kritik, dan orang yang kita katakan "ya" tidak akan mempertanyakan motifmu.
Gak hanya itu gengs, mengatakan "ya" sering menimbulkan pujian dari orang lain, yang mungkin membuatmu ngerasa dicintai atau diperhatikan - setidaknya dalam jangka pendek.
Hitam putih dari Ya dan Tidak
Namun, pikirkan tentang ini. Mungkin dirimu pernah mendengar kalau untuk mengetahui kesenangan sejati, kita harus mengalami rasa sakit. Mengapa demikian?
Alasannya adalah, jika tidak ada rasa sakit, tidak akan ada yang bisa dibandingkan dengan kesenangan. Alasan hal-hal menyenangkan adalah karena kita tahu ada hal-hal lain yang tidak menyenangkan. Ini adalah dikotomi yang aneh tetapi yang begitulah adanya.
Hal yang sama dapat dikatakan ketika memilih untuk mengatakan "ya" atau "tidak". Mungkin sulit untuk mengatakan "tidak", karena alasan yang telah kita bicarakan sebelumnya, tetapi untuk benar-benar memiliki kebebasan memilih. Kamu kudu menyadari bahwa itu terserah apakah kamu menjawab "ya" atau "tidak".
Seperti kesenangan dan kesakitan, tanpa tidak, benar-benar tidak ada yang namanya "ya". Kita perlu menyadari kalau yang satu tidak ada tanpa yang lain, dan ketika kita sampai pada kesadaran itu, kita memahami bahwa kita sebenarnya memiliki kebebasan untuk memilih, dan kita mengenali kekuatan dalam memiliki kebebasan itu gengs.
Rangkullah Kekuatan Pribadi kamu
Sebenernya kamu punya kekuatan pribadi, dan pilihan untuk mengatakan "ya" atau "tidak" hanyalah salah satu contoh dari kekuatanmu.
Kalau kita terbiasa mengatakan "ya" hanya untuk bergaul, atau karena takut akan ketidaksetujuan, atau karena kamu sangat membutuhkan penegasan dari seseorang yang kamu sayangi, mungkin perlu beberapa pekerjaan untuk mengingatkan diri sendiri bahwa kita itu punya pilihan.
Cari ke dalam untuk contoh-contoh kali kamu mengatakan "ya", ketika kamu benar-benar ingin mengatakan "tidak". Tanyakan kepada diri sendiri mengapa kamu yakin telah membuat pilihan itu. Apa yang berbeda jika kamu menjawab sebaliknya?
Gak berarti kalau kamu harus selalu menjawab "tidak" kok, tentu saja! Kita memiliki hak untuk mengatakan "ya", dan hak untuk mengatakan "tidak", selama jawaban kita tidak menyebabkan atau mempromosikan kerugian pada diri sendiri, orang yang kita cintai, atau merusak kebahagiaan. Ingat yaa, bahwa jawaban "ya" hanya memiliki kekuatan jika ada kemungkinan "tidak" juga.
Jadi intinya kalau sekiranya kamu gamau "ya" gausah sungkan katakan "tidak", dan jangan jadi anak yang ga enakan karena bakalan lebih gaenak lagi nantinya~