Saat tangkainya digerak-gerakkan ke kanan dan ke kiri, biji bulat itu akan mengenai tambur dan menimbulkan suara kelontong-kelontong. Ketika suara ini muncul, orang yang ada di rumah jadi tahu bahwa pedagang kelontong sedang lewat.
Pedagang kelontong Tionghoa yang keliling tadi biasanya menjual kebutuhan sehari-hari dengan cara dipikul. Bayangkan saja bagaimana beratnya jadi pedagang kelontong waktu itu. Beda banget dengan yang sekarang.
# Mulai Menetap saat Menjual Barang
Seiring berjalannya waktu, dan semakin baiknya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pedagang keliling tadi akhirnya memutuskan untuk mendirikan toko sederhana. Di toko tersebut mereka juga menjual barang kebutuhan rumah tapi dalam versi yang lengkap. Meskipun mereka sudah tak lagi menggunakan alat 'kelontong'. Nama toko mereka disebut toko kelontong.
Jadi begitu ges sejarahnya. Nama itu ternyata diambil dari bunyi-bunyian tadi. Sekarang sih gak banyak toko kelontong yang bertahan di perkotaan. Sebab mulai tergantikan dengan menjamurnya mini market modern dan swalayan grosir yang juga menawarkan barang lebih komplit dan murah.
Kalau di tempat kamu gimana? Masih ada toko kelontong gak?